Program Food Estate Pemerintah Halmahera Tengah Ikram Malan Sangaji, Dinilai Menguntungkan Segelintir Orang

- 11 November 2023, 05:02 WIB
Lokasi perencanaan food estate Halmahera Tengah, Maluku Utara
Lokasi perencanaan food estate Halmahera Tengah, Maluku Utara /Suara Halmahera/

SUARA HALMAHERABeberapa minggu kemarin saya pulang kampung ke Halmahera Tengah, tepatnya di Kota Weda Selatan. Ya saya membantu mama saya mengikuti PPG (Program Profesi Guru). PPG kali ini dilaksakan secara online. Karena gagap teknologi, saya harus mendampingi mama.

Weda yang dulu sudah beda dengan sekarang. Banyak hal yang berubah. Weda sekarang sudah terjadi akulturasi budaya, Mechat merajalela, ada Plaza, dan paling tragis, setiap hari harus menelan debu. Tapi Weda tetaplah Weda, ia masih menjadi pusat staregis dunia.

Beberapa hari di Kota Weda saya melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Weda Selatan. Sepanjang perjalanan alam menyuguhkan berbagai keindahannya. Mulai dari Puncak Goeng, Taman Nusliko, Gunung Roti, hutan dan kebun warga yang menghiasi sepanjang jalan. Kecepatan kendaraan berkisar 40-60 kilo meter. Saya tiba di tiga kampung pertama. Desa Loleo, Tilope dan Sosowomo. Saya Istirahat menghisap rokok sebentar lalu kembali menginjak gas melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan saya sungguh menikmati kelestarian alam. Demikianlan alam memberikan cinta, kasih, dan kesedihan. Setelah berpindah dari jembatan Desa Sosowomo. Jalan itu lurus dalam beberapa kilo. Namun saya melihat pemandangan yang tampak tak biasa kali ini ada yang berubah.

Beberapa meter dari jembatan, dulunya adalah Lokasi kampus Akademi Komunitas Negeri Halteng yang begitu luas kini sudah ditutup dan tempatnya digusur. Dulunya lagi Warga yang mengelola lokasi tersebut dengan menanam berbagai tanaman bulanan tampaknya tak terlihat lagi. Saya Terheran-heran, karena banyak yang berubah. Saya kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju Wairoro namun sepanjang jalan Desa Sumber Sari saya melewati jalan bebatuan dan berlubang-lubang, dan hampir terpeleset. 

Sebab jalan tersebut belum diaspal. Pemerintah sepertinya tidak mempedulikan warga Sumber Sari dan sepertinya menganggap mereka bukan manusia. Pengucilan itu terlihat dari informasi yang beredar di warga Sumber Sari hingga memilih Bupati dan Wakil Bupati terpilih 2017-2022. Sehingga bupati mengkerdilkan desa tersebut dengan membiarkan jalan tanpa aspal.

Saya hanya tidur semalam dan besoknya kembali ke Kota Weda. Dalam perjalanan kampus yang sudah digusur itu tak jauh dari lokasi tersebut terlihat seorang perempuan paruh baya yang sedang berjualan pisang, kasbi dan batatas, meskipun di tengah terik matahari, debu yang berteberan ia tak lelah mejual makanan pengganti beras itu.  

Mama Klara namanya, sajak tahun 2013 ia berkebun dan hasilnya dijual tepat di dekat jalan raya dan membuat gajebo kecil. Ia menuturkan bahwa penggusuran Kampus tersebut dilakukan oleh perusahaan untuk menanam sayur, rica, dan tomat untuk keperluan penelitian IWIP.

"Ini dong (mereka) gusur di kelolah perusahaan untuk menanam sayur rica, tomat, dan lain-lain. Yang torang (kami) dengar katanya hasilnya akan dijual ke PT IWIP." ungkap Mama sambil memandang jalan yang panas itu.

Halaman:

Editor: Firmansyah Usman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x