Rusia Akan Hentikan Peperangan Namun Ada Syarat, Simak Penjelasannya

- 21 April 2022, 16:58 WIB
ilustrasi/ tentara Rusia
ilustrasi/ tentara Rusia /NDTV/Reuters

SUARA HALMAHERA - Peperangan Antara Rusia dan Ukraina yang tidak pernah selesai dan dimungkinkan akan semakin besar dan berkepanjangan.

Kedua negara tersebut yang tidak mau mengalah dan beberapa kali upaya penyelesaian dengan cara negosiasi namun belum juga mendapatkan titik perdamaian.

Kali ini Rusia Memberikan janji untuk hentikan peperangan dengan Ukraina, namun ada syaratnya.

Baca Juga: Siapa Dibalik Kelangkaan Minyak Goreng? Rocky Gerung: Polisi bilang nggak ada mafia, faktanya ada

Baca Juga: Tindakan Represif Kepolisian Dalam Mengamankan Massa Aksi Ramai Diprotes Warganet

Apa yang menjadi tuntutan Rusia dalam konflik tersebut.? Negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu meminta agar NATO tidak lagi terlibat dan segera angkat kaki.

Hal itu di inginkan karena menurut Rusia, bahwa Amerika serikat dan juga NATO yang aktif mengintervensi Ukraina hingga pada alat-alat militer.

Tulisan ini disadur dari Pikiran Rakyat pada Artikel Berjudul: Janji Rusia ke Ukraina, Perang Berhenti jika NATO Angkat Kaki.

Baca Juga: KMB Gelar Protes Turunkan Harga BBM, Demonstrasi Itu Berujung Kacau dan Beberapa Massa Aksi Ditahan Polisi

Baca Juga: Ivan Gunawan Ditetapkan Sebagai Tersangka Dalam Kasus Investasi Ilegal Robot trading

Selama ini Rusia mengungkap jika sebaian peralatan perang Ukraina sejak 24 Februari 2022, dipasok AS dan Barat.

Bahkan sebelum pengumuman operasi khusus dimulai, perbatasan timur Rusia sudah menumpuk senjata-senjata kiriman Barat dan AS.

Siapapun negaranya jika sudah dikepung senjata, maka melawan adalah cara paling terhormat.

Baca Juga: Kemnaker Wajibkan Perusahaan Agar Berikan THR Kepada Kelas Pekerja/Buruh, Jika Tidak Maka Akan Didenda

Baca Juga: Ibu Kota Negara Baru, Rocky Gerung: Indonesia akan bangkrut karena bikin mercusuar itu

Dengan perkembangan situasi saat ini, Rusia akhirnya memasukan keberadaan AS, Barat dan NATO dalam syarat peperangan berhenti.

Kepala Departemen CIS Kedua Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexey Polishchuk mengatakan jika operasi militer khusus akan berakhir ketika tugasnya terpenuhi.

"Operasi militer khusus Rusia akan berakhir ketika ancaman yang terkait dengan penangkapan Ukraina oleh NATO dihilangkan, kata Alexey Polishchuk dalam sebuah wawancara dengan TASS.

Baca Juga: Kabar Buruk: Palestina Kembali Diserang Tentang Israel, Ini Sikap Kecaman Indonesia

Baca Juga: Berkunjung Dengan Agenda Safari Ramadhan, Oki Setiana Dewi Terkesima Dengan Keindahan Maluku Utara

Alexey Polishchuk mengatakan, tugas operasi khusus akan mencapai target ketika adanya perlindungan penuh pada penduduk Donbas, demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, serta NATO, negara Barat, dan AS segera angkat kaki dari Ukraina.

“Operasi militer khusus akan berakhir ketika tugasnya terpenuhi. Di antaranya adalah perlindungan penduduk Donbas yang damai, demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina," kata dia.

"Serta penghapusan ancaman terhadap Rusia yang datang dari wilayah Ukraina karena penangkapannya oleh negara-negara NATO," kata diplomat itu.

Baca Juga: Soal Kejadian 11 April, Rocky Gerung: Ade Armando Mengalami Kekerasan Karena Ia Dikenal Sebagai Buzzer

Baca Juga: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan Didemo BEM UI

Operasi khusus berjalan sesuai rencana, tambahnya.

"Semua tujuannya akan tercapai," Polishchuk menekankan.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada 24 Februari 2022 bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para kepala republik Donbas.

Baca Juga: Mahasiswa KKN IAIN Ternate Gelar Aksi Protes Soal Kenaikan Harga BBM di Depan Kantor Gubernur Maluku Utara

Baca Juga: Alhamdulillah, RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual Telah disahkan Menjadi Undang-undang

Dia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus. Pemimpin Rusia itu menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina dan tujuannya adalah untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.*** (Rizki Laelani/Pikiran Rakyat).

Editor: Risman Lutfi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x