Baca Juga: Kasus Anggota DPR RI, Arteria Dahlan : Begini Alasan Kepolisian Tak Dapat Melanjutkan
"Berdasarkan pemantauan visual oleh PVMBG, terdapat indikasi bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam," tuturnya.
Adapun kegempaan gunung Anak Krakatau sendiri telah terjadi sejak 16 Januari - 4 Februari 2022.
Data pemantauan secara visual dan instrumental pun mengindikasikan bahwa gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi.
"Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava," ucap Abdul Muhari.
Tidak hanya itu, Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 kilometer dari kawah aktif.
Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin.
"Saat ini tingkat aktivitas gunung api Anak Krakatau ditetapkan pada Level II (Waspada), dengan rekomendasi agar masyarakat tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 2 km dari kawah aktif," ujar Abdul Muhari.
Oleh karena itu, masyarakat diharapkan agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui PVMBG.
Sementara terkait video erupsi yang beredar di media sosial saat ini, BNPB juga memberikan klarifikasi.