SUARA HALMAHERA – Terjebak utang China, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat di negaranya sejak 1 April 2022.
22 juta orang Sri Lanka menderita kelaparan, akibat harga bahan pokok yang melambung tinggi.
Selain utang dari China, pandemi menjadi salah satu pemicu krisis ekonomi di Sri Lanka
Baca Juga: Ibu Kota Negara Baru, Rocky Gerung: Indonesia akan bangkrut karena bikin mercusuar itu
Baca Juga: Usulan Pelarangan Rokok Dijual Batangan, Akan Ada Sanksi Tegas Bagi Yang Tak Patuhi
22 juta orang di negara itu menghadapi pemadaman listrik 12 jam, terjadi kelangkaan makanan, bahan bakar hingga obat-obatan.
Sri Lanka menderita inflasi pada titik tertinggi sebesar 17,5 persen, satu kilogram beras melonjak hingga 500 rupee Sri Lanka (1,56 dolar atau Rp24,400) lapor Channelnewsasia
Terkait utang ke Beijing senilai 8,6 miliar dolar yang akan jatuh tempo pada tahun 2022.
Baca Juga: Pertahanan Ukraina Jebol di Pabrik Besi di Bombardir Rusia Hingga Pasukan Kiev Menyerah