Resesi ekonomi menuju awal tahun 2023 tampaknya semakin menunjukkan wujudnya. Alasan yang diungkapkam Andre sejatinya tidak jauh berbeda dengan sejumlah perusahaan yang telah disebutkan sebelumnya.
Resesi menghadirkan ancaman turunnya pendapatan perusahaan sehingga diantisipasi dengan melakukan perampingan karyawan mlalui PHK massal.
Baca Juga: KTT G20 Bali Berakhir, Berikut Teks Lengkap Pidato Penutupan Presiden Jokowi
Terutama setelah berbagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia satu persatu dihantam resesi, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan berbagai negara lainnya.
Aspek psikologis tersebut mendorong banyak perusahaan teknologi untuk mulai bersiap dan berbenah diri.
Sebelum Goto, perusahaan rintisan dalam negeri pun sejatinya telah banyak yang telah melakukan hal serupa, dan bahkan, harus gulung tikar sepanjang tahun ini. Diantaranya adalah Zenius, Tani Hub, Fabelio, Airy, Qlapa dan Stoqo.
Baca Juga: KTT G20 Bali Resmi Berakhir, Berikut 7 Poin Penting dalam Bali Leaders' Declaration
Karyawan terdampak pemecatan akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi.
Lebih dari itu, GoTo juga memberikan sejumlah dukungan finansial, antara lain berupa tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu).
GoTo juga berkomitmen untuk memberikan dukungan pencarian kerja serta layanan konseling. Karyawan terdampak berhak memiliki laptop yang saat ini mereka gunakan, mengakses berbagai program pelatihan, serta dapat bergabung ke direktori alumni GoTo.