Bekal Hadapi Krisis 2023, Ekonom TII: Indonesia Harus Berkaca Pada Peristiwa Ekonomi Sepanjang 2022

- 13 Desember 2022, 00:46 WIB
Ilustrasi dunia dalam ancaman resesi
Ilustrasi dunia dalam ancaman resesi /Freepik/

Suara Halmahera - Krisis ekonomi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2023 mendatang masih menjadi isu yang hangat diperbincangkan di tanah air. Salah satunya berasal dari kalangan akademisi.

Dilansir dari Antara, Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute (TII) Nuri Resti Chayyani memaparkan berbagai peristiwa ekonomi yang dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia sepanjang tahun 2022.

Adapun berbagai pelajaran yang bisa menjadi bekal Indonesia untuk menghadapi 2023. Sebagaimana Bank Dunia memperkirakan akan mengalami perlambatan ekonomi akibat adanya krisis yang melanda negara-negara maju.

Baca Juga: Demi Pulihkan Ekonomi Dunia, Uni Eropa Ajak Indonesia Kerjasama Hentikan Perang Ukraina-Rusia

Peristiwa pertama menurut Nuri adalah kasus pengendalian ketat terhadap CPO yang dilakukan pemerintah Indonesia yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng di tanah air.

“Gejolak ekspor kita membaik (2022). Namun di sisi lain pemerintah masih melakukan pengaturan harga, terutama pada komoditi CPO saat itu, sehingga terjadi kelangkaan minyak goreng. Hal tersebut diharapkan menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat,” kata Nuri.

Dari peristiwa tersebut, Nuri mengatakan Indonesia bisa belajar untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat pada komoditas tertentu pada saat mendapat keuntungan dari kenaikan harga komoditas di tingkat global.

Baca Juga: Respon Kritikan PBB Masalah KUHP, DPR RI: Ini Kedaulatan Kita

Peristiwa kedua menurut Nuri adalah peristiwa melonjaknya harga minyak mentah dunia pada pertengahan 2022 yang melampaui asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2022.

“Masalah bahan bakar minyak mentah yang melonjak pada pertengahan tahun (2022) juga perlu menjadi pelajaran dengan menambah asumsi dasar makro terkait harga minyak dunia agar tidak terjadi lagi kerugian APBN,” kata Nuri.

Dari peristiwa tersebut, Nuri ungkapkan bahwa Indonesia bisa belajar untuk lebih memperhitungkan dalam penyusunan asumsi dasar makro terkait harga minyak dunia dengan APBN.

Baca Juga: Gempa Cianjur Reda, Kini Giliran Sukabumi Diguncang Gempa Beruntun

Untuk diketahui, Resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang stagnan dan lama, dimulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi juga berarti kontraksi besar-besaran dalam hal kegiatan ekonomi.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami peningkatan dalam jumlah pengangguran, penurunan ritel, produk domestik bruto (PDB) yang negatif, dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Dampaknya sendiri mulai dari perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Kinerja instrumen investasi yang akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang aman hingga melemahnya daya beli masyarakat karena mereka cenderung lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan pokok.

Sejauh ini cukup banyak ekonom tanah air yang meramalkan kemungkinan terjadinya resesi di tanah air pada tahun 2023 mendatang. Termasuk diantaranya adalah Menteri Keuangan, Sri Mulyani.***

Editor: Mohamad Rizky Djaba

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah