Wakil Menteri Pertahanan Indonesia Sakti Wahyu Trenggono saat itu mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan di bawah kepemimpinan Prabowo mulai menargetkan jet tempur F-35 buatan AS.
Karena adanya daftar tunggu pembelian F-35 itulah, AS lalu menawarkan pesawat tempur generasi 4,5 seperti F-16 ataupun yang setara.
Indonesia yang akhirnya harus rela meninggalkan kontrak Su-35 Rusia, berakhir gigit jari tak mendapatkan F-35.
Namun, pada 10 Februari 2022 lalu, Indonesia berhasil mengaktifkan 6 dari 42 kontrak pembelian jet tempur Rafale dan diizinkan AS untuk membeli F-15 EX.
Padahal, dikutip Zonajakarta.com dari artikel terbitan Military Watch Magazine pada November 2020 lalu, dalam sebuah artikel berjudul Lima Potensi Klien Baru Untuk Pesawat Tempur Siluman F-35 Amerika: Dari Qatar hingga Taiwan, Indonesia ternyata termasuk salah satu negara di dalamnya.
"Indonesia bisa menjadi klien kedua F-35 di Asia Tenggara setelah Singapura, menyusul tekanan Barat yang cukup besar terhadap negara tersebut termasuk ancaman sanksi ekonomi untuk membatalkan kontraknya untuk mengakuisisi 11 pesawat tempur Su-35 dari Rusia.
Indonesia saat ini mengoperasikan pesawat tempur F-16, F-50, Su-27 dan Su-30, tetapi menawarkan F-35 yang dikombinasikan dengan ancaman sanksi ekonomi dan tekanan diplomatik dapat menekan negara tersebut untuk beralih ke angkatan udara Barat sepenuhnya - menggantikan merencanakan Su-35 dan dua kelas tempur Rusia yang lebih tua dengan jet siluman Amerika.
Pembelian semacam itu akan terjadi setelah Australia dan Singapura memperoleh jet F-35 pertama mereka, dan akan meningkatkan interoperabilitas dengan armada udara tetangga serta dengan Angkatan Udara AS.
Namun, itu akan merusak independensi Angkatan Udara Indonesia, mengingat F-35 yang dibelinya kemungkinan akan diturunkan dibandingkan dengan tetangganya yang memiliki hubungan lebih dekat dengan AS.