Disebutkan Indonesia Utang Nyawa ke Ukraina, Arief Havas Oegroseno Bongkar Fakta Sejarah Itu

- 22 April 2022, 17:50 WIB
 Ilustrasi perang Rusia Ukraina
Ilustrasi perang Rusia Ukraina /Pixabay/OpenClipart-Vectors/

SUARA HALMAHERA - Konflik Rusia-Ukraina sepertinya tidak menunjukkan tanda-tanda perdamaian.

Ukraina meski ditengah gempuran Rusia, masih tetap menunjukan perlawanannya.

Namun, dalam konflik tersebut Indonesia yang adalah negara non-blok menyatakan sikap netral.

Akan tetapi realitas, terutama di berbagai media sosial masyarakat Indonesia justru mendukung Rusia.

Terkait persoalan ini, Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arief Havas Oegrosenoe mengungkapkan fakta sejarah bahwa Indonesia utang nyawa ke Ukraina.

Artikel ini sebelumnya diterbitkan Pikiran Rakyat dengan judul: Terungkap Indonesia Ternyata Utang Nyawa ke Ukraina, Dubes Indonesia untuk Jerman Bongkar Alasannya

Sebuah dokumen Persidangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukan bagaimana Indonesia tampaknya berutang nyawa terhadap Ukraina.

Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arief Havas Oegroseno pun membeberkan alasan mengapa Indonesia bisa berutang nyawa kepada Ukraina.

"Jadi pada Desember tahun 45, perdana menteri Sjahrir waktu itu mengirimkan surat ke Sidang Majelis Umum (SMU) PBB," ucapnya, Selasa, 19 April 2022.

Dia menuturkan bahwa pada Desember 1945, Perdana Menteri Indonesia Sutan Sjahrir mengirim surat kepada SMU PBB terkait permasalahan Indonesia.

Dia meminta agar masalah Indonesia yang sudah mendeklarasikan kemerdekaan tapi masih dijajah dan ingin lepas dari Belanda dibahas di PBB.

"Nah Belanda mengatakan 'oh nggak bisa, yang bisa mengajukan agenda pembahasan di PBB itu hanya negara anggota, bukan anda, anda bukan anggota'," ujar Arief Havas Oegroseno.

Kemudian dia mengatakan bahwa hal menarik yang terjadi pada saat itu adalah para pejuang kemerdekaan mayoritas menulis surat kepada Duta Besar Ukraina di Indonesia.

"Nah yang menarik adalah banyak para pejuang kita itu menulis surat kepada dubes Ukraina, dubes Dmitry Manuilsky, dan pada bulan Januari, Dubes Manuilsky menulis surat ke dewan keamanan langsung malah, PBB, agar the question of Indonesia itu dibahas," kata Arief Havas Oegroseno.

"Dan Dubes Ukraina mengatakan bahwa tindakan Belanda di Indonesia itu membahayakan perdamaian dan stabilitas di kawasan," ucapnya menambahkan.

Arief Havas Oegroseno pun mengatakan bahwa hal menarik lainnya dalam peristiwa tersebut adalah dua negara yang mendukung Dmity Manuilsky ternyata Amerika Serikat dan Mesir.

"Akhirnya Indonesia dibahas resmi di DK PBB pada bulan Januari tahun 46, inilah pertama kalinya isu Indonesia itu dibahas di SMU PBB. Sehingga perhatian dunia terhadap Indonesia menjadi sangat tinggi dan masalah kita menjadi masalah internasional," tuturnya.

Oleh karena itu, Arief Havas Oegroseno mengatakan bahwa Indonesia berutang kepada dua negara terpenting bagi kemerdekaan Indonesia.

"Jadi sebenarnya ada dua negara penting ya kalau menurut saya dalam konteks perang kemerdekaan kita itu, yang pertama adalah Mesir sebagai negara yang mengakui kita pertama kali, dan kedua ini Ukraina," ujarnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal Youtube Akbar Faizal Uncensored, Rabu, 20 April 2022.***(Eka Alisa Putri - Pikiran Rakyat)

Editor: Firmansyah Usman

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah