Di balik perayaan Imlek, ada sosok Gus Dur yang berdiri menentang Diskriminasi

- 2 Februari 2022, 11:42 WIB
Gus Dur
Gus Dur /Pikiran Rakyat Bekasi /Pikiran Rakyat Bekasi

SUARA HALMAHERA - Perayaan tahun baru China atau Imlek di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran seorang Ulama nyentrik dari Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU), sekaligus mantan Presiden RI Ke - 4, KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab di sapa Gus Dur.

kecintaan Gus Dur terhadap nilai-nilai Universal Islam, salah satunya Islam sebagai Agama Kemanusiaan, membuat sosoknya sering turun tangan ketika bangsa Indonesia diperhadapkan dengan konflik-konflik yang akan berujung pada perpecahan karena di latari SARA (Suku, Ras, Agama, dan Antargolongan).

salah satu perjuangan Gus Dur yang akan dan terus menjadi ingatan masyarakat Indonesia, Terutama Etnis Tionghoa. yaitu, Keberanian Gus Dur untuk tampil melawan praktek diskriminasi yang di tujukan kepada Etnis Tionghoa oleh Orde Baru lewat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.

Gus Dur Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 06 Tahun 2000 berhasil mematahkan pelarangan dan Perlakuan diskriminasi yang pernah di lumrahkan oleh Orde Baru, hingga akhirnya Etnis Tionghoa dapat merayakan Hari Raya Imlek secara bebas dan terbuka, yang sebelumnya di batasi secara tertutup Oleh Presiden Soeharto.

perjuangan Gus Dur tidak hanya cukup sampai disitu, paska menerbitkan Keppres yang melindungi hak kebebasan bagi Etnis Tionghoa, pada Tahun 2001 Gus Dur kembali menyempurnakan pengakuannya pada etnis Tionghoa dengan menerbitkan Keppres Nomor 13 Tahun 2001 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Fakultatif, atau bagi yang merayakannya.

dua Tahun setelahnya, barulah Presiden Megawati Soekarno Putri menetapkan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional.

Gus Dur adalah sosok yang sangat dicintai dan dihormati oleh masyarakat indonesia. dirinya yang sering bersikap Tawadhu dan mengutamakan kehidupan yang damai serta harmonis bagi sesama manusia, membuat dirinya diangkat sebagai Guru Bangsa, hingga Julukan Bapak Tionghoa Oleh Etnis yang di perjuangkan olehnya.

perjuangan Gus Dur untuk menghapus Diskriminasi tidak hanya terjadi pada ruang konflik semata, bahkan cara ia merangkul dan menyanyangi umat sangatlah bijaksana.

sikap Beragama yang Tawadhu dan spirit Intelektualismenya yang kritis, membuat Gus Dur membenci sekat yang lahir karena latar belakang Agama, Suku, Ras dan Budaya.

Halaman:

Editor: Supriadi Husaen

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x