Ditekan Berbagai Sanksi Embargo, Rusia Galakkan Hubungan Mitra Dagang dengan Tiongkok

- 16 Desember 2022, 05:30 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin, diklaim akan mengisolasi diri di sebuah bunker karena kesehatan yang semakin mengkhawatirkan.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, diklaim akan mengisolasi diri di sebuah bunker karena kesehatan yang semakin mengkhawatirkan. /Sputnik/Alexei Babushkin/Kremlin via REUTERS

Suara Halmahera - Negeri Beruang Merah Rusia bak tak kehabisan akal dalam menangani berbagai sanksi yang diberikan kepadanya pasca invasi ke Ukraina.

Dilansir dari Reuters, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia akan memperluas kerja sama perdagangan dengan mitra baru dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Hal tersebut bertujuan uuntuk menggagalkan upaya negara-negara Eropa Barat dan sekutu Amerika Serikat untuk mengisolasi Moskow di bidang Ekonomi.

Baca Juga: Gagal Dulangi Prestasi di Piala Dunia 2022, Portugal Depak Fernando Santos

Penjualan energi Rusia ke Uni Eropa (EU) telah menurun tajam sejak dimulainya perang di Ukraina, karena EU berupaya mengurangi ketergantungan pasokan energi pada Moskow.

Dalam siaran Televisi nasional, Presiden Putin mengatakan jika Rusia akan meningkatkan penjualan gas ke negara-negara Asia Timur dan mengungkapkan rencananya untuk membangun pusat gas baru di Turki.

Untuk mendukung upaya tersebut, pemerintah Rusia berencana membangun jalur pipa kedua Power of Siberia Pipeline melalui dataran Mongolia menuju Tiongkok.

Baca Juga: Perayaan 12 tahun Pusat Kebudayaan Kedubes AS, Duta Kim Ajak Indonesia Tingkatkan Kerja Sama

Rusia mulai menjual gas alam ke China pada akhir 2019 melalui Power of Siberia Pipeline, yang memasok sekitar 10 miliar meter kubik (bcm) gas pada 2021, dan akan mencapai kapasitas penuhnya sebesar 38 bcm pada 2025.

Keberadaan jalur baru tersebut akan memberi peningkatan yang signifikan. Putin mengatakan proyek tersebut akan memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China menjadi 48 bcm per tahun pada 2025 dan menjadi 88 bcm pada 2030.

Sebagaimana diberitakan oleh banyak media Eropa, Negara Rusia diklaim tengah memasuki masa krisis ekonomi terparah pasca Perang Dingin.

Baca Juga: Tuntaskan Problem Ketahanan Pangan Global, Pakar Pertanian Internasional Berkumpul di Beijing

Untuk membiayai perang di Ukraina, rezim Putin memeras dana untuk kesehatan dan pendidikan bagi warga negaranya sembari berjanji akan memberikan dana pensiun dan upah minimum akan terus meningkat.

Putin menuduh bahwa negara-negara Barat secara sengaja berusaha untuk menjatuhkan Rusia dari posisinya sebagai salah satu negara Adidaya.

"Kita akan menghapus pembatasan logistik dan keuangan. Izinkan saya mengingatkan Anda bahwa dengan memberlakukan sanksi, negara-negara Barat berusaha mendorong Rusia ke pinggiran pembangunan dunia. Namun, kami tidak akan pernah mengambil jalur isolasi diri," kata Putin dalam pidato yang disiarkan di televisi, Kamis 15 Desember 2022 waktu setempat.

Baca Juga: Jalani Musim Dingin Ekstrem di Ukraina, PBB Ingatkan Rusia Perihal Kemanusiaan

Di sisi lain, negara-negara Barat turut mengalami paceklik yang nyaris serupa. Ketergantungan terhadap sumber pangan maupun gas alam dari kedua negara yang tengah berkonflik tersebut diklaim sebagai pemicu inflasi di negara-negara tersebut.***

Editor: Mohamad Rizky Djaba

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x