Turki Sebut Uni Eropa Tak Pakai Akal Sehat Dalam Menyelesaikan Sengketa Gas Alam

- 9 Desember 2020, 21:30 WIB
Turki berada di peringkat 91 dari 198 negara dalam indeks korupsi terbaru dari Transparency International. (AFP)
Turki berada di peringkat 91 dari 198 negara dalam indeks korupsi terbaru dari Transparency International. (AFP) /

Menjelang KTT Uni Eropa pada Oktober, Turki menarik kapal Oruc Reis, kemudian Ankara mengirimkan kembali kapal itu karena menganggap hasil KTT tersebut tidak memuaskan. Turki menarik kapal itu lagi minggu lalu. Hal ini membuat UE menuduh Turki sengaja bermain kucing-kucingan.

Presiden Dewan Eropa Charles Michel memperingatkan Turki untuk tidak bermain "kucing-kucingan" dengan menarik kapal sebelum KTT Uni Eropa namun meluncurkan kembali kapalnya setelah KTT.

Menanggapi hal ini, Prancis mendorongan negara-negara UE untuk memberi sanksi kepada Turki. Menanggapi hal itu Presiden Tayyip Erdogan mengatakanbahwa Turki tidak akan "tunduk pada ancaman dan pemerasan," sambil mengulangi seruan untuk dialog.

Juru bicara Partai AK Erdogan mengatakan bahwa menggunakan "bahasa sanksi" terhadap Turki akan sama dengan menyerukan hal "rasis dan fasis" di Eropa.

"Menggunakan bahasa (seperti itu), adalah kemunduran dalam berpikir," kata Omer Celik dalam konferensi pers. "Uni Eropa harus bertindak dengan alasan yang kuat." Lanjutnya

Dilain sisi, Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, melakukan pembicaraan melalui telepon pada Selasa 8 Desember 2020, kementerian luar negeri kedua negara mengkonfirmasi perbincangan melalui sambungan telepon itu. Pembicaraan telepon itu, menurut informasi, berlangsung atas permintaan Turki.

Le Drien mengatakan bahwa hubungan konstruktif yang diperbarui dengan EU hanya dapat terjadi, jika Ankara mengklarifikasi posisinya pada beberapa subjek. ***

Halaman:

Editor: Achmad Sayuti Majid

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah