Menjelang KTT Uni Eropa pada Oktober, Turki menarik kapal Oruc Reis, kemudian Ankara mengirimkan kembali kapal itu karena menganggap hasil KTT tersebut tidak memuaskan. Turki menarik kapal itu lagi minggu lalu. Hal ini membuat UE menuduh Turki sengaja bermain kucing-kucingan.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel memperingatkan Turki untuk tidak bermain "kucing-kucingan" dengan menarik kapal sebelum KTT Uni Eropa namun meluncurkan kembali kapalnya setelah KTT.
Menanggapi hal ini, Prancis mendorongan negara-negara UE untuk memberi sanksi kepada Turki. Menanggapi hal itu Presiden Tayyip Erdogan mengatakanbahwa Turki tidak akan "tunduk pada ancaman dan pemerasan," sambil mengulangi seruan untuk dialog.
Juru bicara Partai AK Erdogan mengatakan bahwa menggunakan "bahasa sanksi" terhadap Turki akan sama dengan menyerukan hal "rasis dan fasis" di Eropa.
"Menggunakan bahasa (seperti itu), adalah kemunduran dalam berpikir," kata Omer Celik dalam konferensi pers. "Uni Eropa harus bertindak dengan alasan yang kuat." Lanjutnya
Dilain sisi, Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, melakukan pembicaraan melalui telepon pada Selasa 8 Desember 2020, kementerian luar negeri kedua negara mengkonfirmasi perbincangan melalui sambungan telepon itu. Pembicaraan telepon itu, menurut informasi, berlangsung atas permintaan Turki.
Le Drien mengatakan bahwa hubungan konstruktif yang diperbarui dengan EU hanya dapat terjadi, jika Ankara mengklarifikasi posisinya pada beberapa subjek. ***