Sesar Baru Terus Berulah, BRIN Desak Kolaborasi Riset dan Pemetaan Untuk Bantu Proses Mitigasi

- 23 Desember 2022, 20:10 WIB
Ilustrsai gempa bumi di Kabupaten Cianjur.
Ilustrsai gempa bumi di Kabupaten Cianjur. /

Suara Halmahera - Munculnya rangkaian bencana alam gempa bumi akibat kegiatan seismik di beberapa daerah di Indonesia mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan.

Salah satunya adalah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lembaga negara dibawah pimpinan Megawati Soekarno Putri tersebut merasa perlunya kolaborasi berbagai pihak untuk memetakan dan mendeteksi munculnya sesar baru di tanah air.

Dilansir dari Antara, Pakar gempa bumi dan tsunami BRIN Danny Hilman Natawidjaja mengatakan bahwa tidak mudah untuk mendeteksi kemungkinan kehadiran sesar aktif sekaligus memprediksi karakternya.

Baca Juga: Libur Akhir Tahun, Lalamove Prediksi Pengiriman Hampers Naik 30 Persen

Namun, Langkah tersebut harus segera dilakukan demi memperkuat upaya mitigasi ketika bencana alam tersebut terjadi.

"Tidak mudah memetakan seluruh sesar aktif di Indonesia karena jumlahnya ratusan. Walaupun sudah cukup banyak yang sudah kita petakan sumber-sumber gempa itu, tapi masih banyak yang belum kita petakan," kata Danny dalam diskusi Belajar dari Gempa Bumi Cianjur, Apa yang Harus Kita Waspadai, di Jakarta, Jumat.

Danny menuturkan sesar aktif bisa dipetakan dengan seakurat mungkin, namun butuh sinergi dan kolaborasi para pemangku kepentingan dan ahli lintas bidang keilmuan dan institusi.

Baca Juga: 5 Hero Mobile Legends Tersakit untuk Ciduk Musuh, Dijamin Langsung Instant Kill

Melalui kegiatan riset, pemetaan akurat dilakukan untuk mengetahui lokasi sumber gempa, memperkirakan besar kekuatan gempa yang dihasilkan oleh sesar aktif, dan siklus perulangan gempa. Dengan informasi tersebut, perkiraan risiko mitigasi bencana dapat disiapkan dengan lebih baik.

Pada kasus gempa yang melanda Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022 dengan magnitudo 5,6, Danny mengatakan gempa itu tidak terjadi pada jalur sesar yang sudah dipetakan, melainkan pada jalur sesar aktif yang belum terpetakan.

"Kalau terjadi pada jalur sesar yang sudah dipetakan seharusnya lokasi episenter gempa ini persis ada di jalur merah ini, tapi ini tidak jadi artinya dia terjadi di satu sumber gempa atau sesar aktif yang belum diptekan sebelumnya atau belum kita tahu," ujarnya.

Baca Juga: Kementerian Dalam Negeri Terima Apresiasi Pada Acara Desiminasi Pemutakhiran Pendataan Keluarga Tahun 2022

Selain itu, gempa di Cianjur juga bukan merupakan gempa pertama yang merusak karena sekitar 143 tahun yang lalu pernah terjadi gempa yang besar bahkan mungkin lebih besar dari yang terjadi pada 2022.

Meskipun lokasi kerusakan gempa pada 1879 itu sama dengan yang terjadi pada 2022, namun Danny mengatakan belum diketahui pasti apakah gempa yang terjadi pada 1879 terjadi pada segmen sesar atau jalur sesar yang sama, sehingga harus ada penelitian selanjutnya.

"Artinya kita belum tahu juga apakah gempa yang terjadi sekarang ini tahun 2022 adalah gempa perulangan dari 1879 jadi kita belum bisa bilang," ujarnya.

Baca Juga: Jelang Nataru 2023, Polisi Resmi Umumkan Akan Memulai Operasi Lilin Pada 23 Desember Besok

Danny mengatakan, masih banyak analisis yang perlu dilakukan untuk memahami karakteristik gempa Cianjur termasuk peta lidarnya. Survei geofisika bawah permukaan juga akan dilakukan untuk melihat panjang jalur sesarnya.

"Juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sejarah gempanya, periode waktu ulangnya dan kecepatan gesernya," ujarnya.

Editor: Mohamad Rizky Djaba

Sumber: ANTARA BRIN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah