Viral di Tiktok Uskup Kritik Wartawan di Papua, Begini Penjelasan Made Supriatma!

- 16 Desember 2021, 13:56 WIB
Ilustrasi uskup termuda di Spanyol yang dilucuti dari kekuasaan gerejanya lantaran menikah dengan penulis erotika setan.
Ilustrasi uskup termuda di Spanyol yang dilucuti dari kekuasaan gerejanya lantaran menikah dengan penulis erotika setan. /PIXABAY/piundco/
 
SUARA HALMAHERA- Uskup Katolik dari Merauke ini mengkritik wartawan. Itu dia sampaikan saat berkotbah. Saya kira ada seorang Walikota, entah dari mana, juga hadir mendengarkan homili uskup ini. Nada kotbahnya seperti "appeasing the mayor. " Artinya, ngalem-alemi sang Walikota.
Uskup ini bilang, banyak wartawan tidak memberitakan kebenaran.
 
"Apa yang pemimpin tidak bilang, mereka bilang, supaya koran laku. Mereka lebih suka laku daripada kebenaran. ... Itu nasihat untuk wartawan. Banyak wartawan ada di surga tapi lebih banyak ada di neraka."
 
Profesi wartawan di mata Uskup Merauke ini sangatlah rendah. Mereka mengarang berita agar koran laku. Saya kira, ini dibentuk oleh pengalaman dia berinteraksi dengan wartawan. Tentu, yang dia ajak bergaul, saat dia masih di Ambon maupun sekarang di Merauke, adalah "wartawan" yang bisa dia suruh menulis "kebenaran." Mungkin juga dia "menghadiahi" wartawan itu dengan amplop gemuk.
 
 
Tentu, seperti Pilatus saat mengadili Yesus, kita juga bisa bertanya, "Quid est veritas?" Apakah kebenaran itu? Saya kira, dalam kepala Uskup ini kebenaran adalah miliknya -- dan konco-konconya yang berkuasa. Dia ingin kebenaran versinya-lah yang ditulis. Orang seperti ini tidak akan pernah menganggap pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap dirinya itu adalah kebenaran.
 
Itulah sebabnya, dalam isi otak Uskup ini, banyak wartawan masuk neraka. Saya tidak tahu darimana pikiran keblinger melebihi Tuhan ini datang. Saya menduga dari pikiran bahwa dia adalah kebenaran yang absolut.
 
Saya ingat, Uskup Katolik ini, ketika dipindah ke Merauke, yang pertama yang dia cari adalah Korindo. Ini adalah perusahan kayu dan sawit yang banyak dikritik oleh para aktivis lingkungan. Banyak laporan jurnalistik (ditulis oleh wartawan, for God sake!) dan penelitian ilmiah yang mendokumentasikan perusakan lingkungan dan pelanggaran HAM yang dilakukan perusahan ini.
 
 
Sang Uskup dengan senang hati menerima milyaran dari Korindo. Dia berkilah, uang itu dia perlukan untuk membangun seminari -- pendidikan calon Pastor. Kalau Anda pernah ke Merauke, Anda akan lihat Gereja Katedralnya yang megah dan mewah. Anda akan lihat istana keuskupannya yang lumayan mewah.
 
Dan lihatlah umatnya yang sebagian besar orang asli Papua, yang hidup bergelimang kemiskinan. Umat miskin ini tidak ada dalam pikirannya yang penuh kebenaran itu.
Melihat reputasinya seperti itu, dan melihat keadaan Gereja Katolik di seluruh dunia saat ini terutama dalam hal pemerkosaan terhadap anak-anak oleh para klerus, saya kira saya tidak perlu menyembunyikan kata-kata. Bahwa semestinya lebih banyak Uskup yang berada di neraka ketimbang wartawan.
 
Kejahatan paling minimal yang mereka lakukan adalah dengan membiarkan anak-anak dimangsa oleh para imam, uskup, atau bahkan Kardinal. Kasus Kardinal Theodore McCarrick, mantan Uskup Agung Washington DC, yang paling berpengaruh di Amerika Serikat, adalah contoh nyata. McCarrick akhirnya dipecat dari jabatan kardinal dan imamatnya dibatalkan.
Ini penilaian obyektif saya sebagai manusia yang tidak punya klaim sebagai tangan Tuhan yang memonopoli kebenaran.
 
 
Dalam pengalaman saya mengamati politik, saya tahu persis bahwa pondasi demokrasi dan kebebasan itu runtuh jika kredibiitas pers dan kebebasan informasi itu diruntuhkan. Ketika ketidakpercayaan disemaikan.
 
Apa yang dilakukan oleh Uskup Merauke ini tidak jauh berbeda dengan kelakuan para uskup yang melindungi para klerus yang memperkosa anak-anak yang seharusnya mereka lindungi. Mereka adalah para 'enablers' yakni orang-orang yang melindungi kejahatan itu terjadi.
 
 
Yang menyedihkan untuk saya adalah betapa banyak pemuka agama, khususnya di lingkungan Katolik, yang menderita sakit seperti ini. Mereka sakit leher akibat mereka terlalu sering mendongak dan menjilat ke atas sembari menginjak ke bawah. Dan, bagi mereka, itu adalah kebenaran? Video TikTok ini diberi tanda "like" oleh 13 ribu lebih orang. Jadi bisa dibayangkan kekuatan podium si uskup ini.***

Editor: Ali Akbar Muhammad

Sumber: Made Supriatma


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x