Cara Berpakaian Duta STQN Tidak Salah Yang Salah Adalah Otak Para Netizen

- 15 Oktober 2021, 16:20 WIB
ilustrasi foto biasa-biasa saja
ilustrasi foto biasa-biasa saja /ilustrasi foto biasa-biasa saja

SUARA HALMAHERA- Kita hidup disebuah pradaban yang sudah sangat maju dari berbagai segi, para intelektuil sering menyebutnya sebagai kapitalisme. Kapitalisme lahir dari sebuah kontradiksi kelas yang begitu panjang dari peradaban primitif, perbudakan, feodalisme hingga kapitalisme.

Kemajuan tenaga produksi manusia serta alat-alat produksi telah membuat kehidupan manusia bisa terbang sampai ke bulan serta planet seperti Mars. Lalu lantas apakah cara berpikir kemajuan telah menjadi landasan bagi mayoritas manusia saat ini?

Pada kenyataannya di Indonesia orang-orang kebanyakan masih memperdebatkan hal-hal yang terbelakang. Hal–hal yang diperdebatkan misalnya cara berpakaian perempuan yang dikait-kaitkan dengan moralitas agama.

Baca Juga: Dugaan Jual Beli Obat, Hipma Galut Demo, Desak Kepala Puskesmas Salimuli Turung Jabatan

Sebuah foto yang tersebar di media sosial melalui facebook itu mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Foto tersebut adalah para Duta STQN Maluku Utara yang akan tampil pada acara membumikan Alqur’an secara nasional. Para duta STQN itu menggunakan pakaian yang sebenarnya biasa-biasa saja, tapi dianggap menodai moralitas agama oleh orang-orang relegius konservatis.

Komnas Perempuan menunjukan bahwa cara berpakaian perempuan tidak ada yang salah, yang  salah itu cara berpikir memadang perempuan berpakaian. Cara pandang demikian bentuk dari sistem budaya patriarki dan seksisme.

Sistem budaya patriarki serta seksisme merupakan sebuah cara pandang melihat perempuan sebaga objek seksual semata. Dengan demikian cara pandang tersebut merupakan cara pandang terbelakang.

Lihatlah perempuan-perempuan Arab Saudi yang semakin berpikir maju bukan lagi terbelakang. Cara berpakaian perempuan-perempuan Arab Saudi juga sudah berfariasi tidak lagi tradisonal. ( Baca: Saudi Menjadi Moderen).

Serangan terhadap cara berpakaian Duta STQN merupakan serangan terhadap hak asasi mereka atas kebebasan beragam, berekspresi dan privasi.

Baca Juga: Bekas Gigitan Buaya di Dada Kanan, Inilah Kondisi Korban Bocah 9 Tahun Diterkam Buaya di Pulau Buru, Maluku

Sebuah survei menunjukan bahwa banyak perempuan mengalami pelecehan dan pemerkosaan bukan karena cara berpakaian: "17,47 persen korban pelecehan seksual mengenakan rok panjang dan celana panjang. Selain itu, 15,82 persen korban mengenakan baju lengan panjang.( Koalisi Ruang Publik Aman yang terdiri dari Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta, dan change.org Indonesia)".

Jika dilihat dari cara berpakaian para Duta STQN sebenarnya juga tidak berlebihan. Seperti dalam pandangan Islam “Makan, minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian, namun jangan berlebih- lebihan dan sombong,” (H.R. Nasai).

Cara pandang melihat pakaian perempuan bukan saja soal moralitas agama tetapi ini ada kaitan dengan sistem ideologi kenegaraan. Kita bisa ambil contoh pada masa orde baru dimana perempuan dilarang untuk memakai jilbal karena dihawatirkan terkait arabisasi padahal dibalik itu jilbab dianggap sebagai simbol perlawanan.

Nah jika dimasa reformasi masih ada orang yang berpikir cara berpakaian perempuan adalah masalah. Maka sistem kenegaraan kita saat ini cenderung bergerak pada arah konservatisme.

Bagi kalian yang masih saja mempersoalkan cara berpakaian perempuan segeralah insyaf. Kalau tidak kalian sendiri akan memandang ibu, saudara perempuan, teman-sahabat perempuan atau perempuan hanya sebatas objek pemuas hasrat dan itu merupakan prilaku kebinatangan.

Jangan menjadi katak dalam tempurung cobalah untuk membuka mata belajar dari belahan negara lain di dunia agar pikiran menjadi terbuka. Agar hidup menjadi lebih maju serta tidak berada terus dalam kehidupan zaman kegelapan.

Demikian cara berpakaian perempuan bukanlah persoalan tetapi mempersoalkan  pakaian perempuan, otak atau cara berpikir yang masih gelap. Stop diksriminasi terhadap perempuan, manusia terlahir dari rahim perempuan maka tempatkanlah perempuan sebagai manusia bukan sebagai objek seksual. ***

 

 

 

 

 

 

Editor: Ali Akbar Muhammad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah