Indonesia Disebut Berbohong Soal Data Asli Covid-19 oleh Media Asing, Sebenarnya 40 Juta Orang Terinfeks

- 4 Juni 2021, 15:53 WIB
Media asing sebut Indonesia bohong soal data Covid-19.
Media asing sebut Indonesia bohong soal data Covid-19. /Instagram/@who

SUARA HALMAHERA - Baru-baru ini negara Indonesia disebut berbohong tutupi data asli Covid-19 oleh salah satu media asing, Reuters.

Kasus Covid-19 di Indonesia, oleh Reuters disebut berpuluh-puluh kali jauh lebih banyak ketimbang data sampaikan oleh pemerintah saat ini.

Para ahli epidemiologi sudah lama percaya bahwa data penyebaran Covid-19 dikaburkan oleh Indonesia, karena kurang giatnya pengujian dan pelacakan kontak.

Sedang versi pemerintah, bahwa saat ini terdapat 1,83 juta kasus positif Covid-19 dari 270 juta penduduk yang ada di Indonesia.

Diketahui bahwa studi seroprevalensi massal pertama di Indonesia hasilnya yang menguji anti bodi telah diungkapkan secara ekslusif kepada Reuters.

Bahwa studi yang mencakup seluruh pelosok Indonesia mulai sejak Desember 2020 hingga Januari 2021 telah menunjukkan hasil mengejutkan.

Dilansir dari bekasi.pikiran-rakyat.com, Jumat 4 Juni 2021 yang ternyata telah 15 persen orang Indonesia telah tertular pandemi Covid-19.

Artikel terkait juga diterbitkan oleh bekasi.pikiran-rakyat.com dengan judul: Media Asing Sebut Indonesia Berbohong soal Data Covid-19, 40 Juta Orang Sebenarnya Sudah Terinfeksi

Yang berarti mengungkapkan bahwa kurang lebih 40 juta rakyat Indonesia telah terinfeksi Covid-19, sedang data yang ditunjukan saat ini hanya kurang lebih 1,83 juta orang.

Pejabat senior di Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan kalau Indonesia memiliki kontak yang rendah akibat kurangnya laboratorium untuk memproses tes Covid-19.

Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono, dalam kesempatannya mengatakan bahwa pemerintah Indonesia diharuskan bersiap mengantisipasi ancaman "tsunami" Covid-19 usai Lebaran. 

Menurut prediksi kalau Indonesia akan mengalami lonjakan Covid-19 lantaran mobilitas masyarakat yang meningkat khususnya terkait aktivitas mudik.

Meskipun mudik dilarang, tutur Pandu, pada faktanya warga tetap tidak bisa dilarang mudik, buktinya bahwa banyak para pemudik yang lolos.

Pandu juga menuturkan, kalau lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di sejumlah provinsi itu bukan lagi sekadar alarm tapi harus bersiap untuk kemungkinan kondisi yang lebih buruk ke depannya akibat peningkatan kasus Covid-19.

Menurutnya, Indonesia tinggal menunggu giliran tsunami Covid-19 yang onjakan kasus Covid-19 telah terjadi di beberapa negara dunia secara signifikan.

"Ini bukan alarm, kita harus siap siaga semua negara sudah mengalami lonjakan kok," tuturnya.

"Malaysia sudah, Thailand sudah, kan tinggal sebentar lagi Indonesia, kan tinggal nunggu giliran dari India terus negara tetangganya Nepal, Bangladesh, Malaysia, Thailand, nah Indonesia ini sebentar lagi habis Lebaran ya kita siap-siap," tutup Pandu Riono.***(Ghiffary Zaka - bekasi.pikiran-rakyat.com)

Editor: Firmansyah Usman

Sumber: Bekasi Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah