Terungkap, Banjir di Kalimatan Selatan Terjadi Akibat Rusaknya Ekologi Bukan Karena Hujan

- 16 Januari 2021, 14:13 WIB
Warga menggendong anaknya melintasi banjir Kalsel, di Desa Kampung Melayu, Kabupaten Banjar, Jumat, 15 Januari 2021.
Warga menggendong anaknya melintasi banjir Kalsel, di Desa Kampung Melayu, Kabupaten Banjar, Jumat, 15 Januari 2021. /Antara Foto/Bayu Pratama S/

SUARA HALMAHERA - Banjir yang menerjang Kalimatan Selatan bukan karena intensitas hujan.

Dari laporan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Selatan,dari tahun 2020 sudah terdapat 814 lubang tambang milik 157 perusahaan batu bara yang masih aktif.

Lubang-lubang tambang tersebut menurut WALHI, bahkan ditinggalkan tanpa ada reklamasi.

Baca Juga: Jokowi Masih Tidur Saat Gempa di Sulawesi Barat, Tuding Andi Arief

Belum lagi dengan adanya aktivitas perkebunan sawit yang mengurangi daya serap tanah.

"Ini menunjukkan daya tampung lingkungan di Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis, sudah sering kita ingatkan, dari total luas wilayah 3,7 juta hektar hampir 50 persen sudah dibebani izin pertambangan dan perkebunan kelapa sawit," kata Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono, sebagaimana dilansir m.rri.co.id, Sabtu 16 Januari 2021.

Bahkan menurut Kis, banjir tahun ini adalah yang terparah dalam sejarah.

"Banjir pada 2021 kali ini adalah banjir terparah dalam sejarah Kalimantan Selatan yang sebelumnya," kata Kis.

Sejak awal tahun setidak tercatat 67.842 jiwa yang terdampak.

Halaman:

Editor: Firmansyah Usman

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x