SUARA HALMAHERA - Budiman Sudjatmiko merupakan salah satu aktivis dan aktor gerakan 98 yang selalu menentang dengan radikal kekuasaan orde Baru (orba), dirinya dikenal sebagai individu militansi dalam gerakan perubahan sosial.
Selain aktor gerakan 98, Budiman Sudjatmiko juga dikenal sebagai sosok yang memiliki kemampuan pengetahuan tinggi. Dirinya pernah melahirkan buku dengan judul anak-anak revolusi dan aktor perancangan undangan-undangan desa.
Budiman Sudjatmiko lahir pada tanggal 10 Maret 1970 di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, provinsi Jawa Tengah. Iya menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cilacap, dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Bogor.
Baca Juga: Begini Tanggapan Riwan Basir, Ketua SEMA-HABAR Persoalan Pemda dan DPRD Halmahera Barat
Baca Juga: Gunung Dukono dan Ibu Erupsi Pada Waktu yang Sama, Warga Diwajibkan Gunakan Masker
Budiman Sudjatmiko lahir dari pasangan suami istri Wartono Sudjatmiko dan Sri Sulastri Sudjatmiko. Setelah mengakhiri pendidikannya di SMA, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Namun pada proses pendidikan tinggi (kampus) Budiman tidak bisa selesaikan studi S1-nya akibat di-drop out karena dipenjara dari aksinya sebagai aktivis yang menentang kekuasaan otoriter Orde Baru pada waktu itu.
Sebagai seorang aktivis yang dengan konsisten melakukan perlawanan rezim orba yang berkuasa, Budiman dengan beberapa kawan-kawan perjuangannya berinisiatif mendirikan partai rakyat demokratik (PRD), dan dirinya yang menjabat sebagai ketua pertamanya.
Baca Juga: Awal Kerajaan Tartarian dihapus Dari Peta Dunia, Inilah Kesaksian Peneliti Amerika
Budiman ditangkap akibat aktivitas politik perlawanan yang militansi dan radikal membuat dirinya diincar oleh penguasa orde Baru (orba) hingga berakhir menjadi tahanan politik.
Aktivis gerakan sosial itu dijatuhkan hukuman penjara 13 tahun, tapi yang dijalankan masa tahanannya hanya 3 tahun lebih. Bebasnya Budiman dan kawan-kawannya dari penjara karena keputusan amnesti presiden K.H Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, tepatnya pada bulan Desember 1999 sehingga Budiman Sudjatmiko dan beberapa kawan-kawan juangnya dibebaskan sebagai tahanan politik.
Setelah keluar dari penjara, ia kembali meneruskan pendidikan tingginya di Universitas London mengambil jurusan ilmu politik dan S2 mengambil Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge.
Baca Juga: Peradaban Tartaria Ternyata Dibangun Keturunan Nabi Nuh, Teori Konspirasi
Baca Juga: Peradaban Tartarian, Mengungkap Keberadaan Ras Raksasa di Dunia Nyata
Setelah kembali ke Indonesia, Budiman bergabung ke PDI perjuangan dan mengambil langkah politik menuju parlemen sebagai dewan perwakilan rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) daerah pemilihan Jawa Tengah.
Eks ketua PRD itu kemudian mengambil langkah sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming pada pemilihan umum 2024 nanti.
Seperti dilansir dari Pikiran rakyat.com, Budiman Sudjatmiko menyampaikan bahwa pilihan paling tepat dan jelas sebagai calon presiden yang akan berlangsung bulan depan adalah Prabowo Subianto.
Baca Juga: Rizal Ramli, Mantan Menko Ekonomi Keuangan dan Industri Periode Presiden Gus Dur Meninggal Dunia
Baca Juga: Hembuskan Nafas Terakhir, Rizal Ramli Jadi Kado Buruk Awal Tahun 2024
“Pemilihan terhadap pak Prabowo itu jelas, bahwa dalam situasi ketidakpastian yang tinggi maka yang bisa mengobati itu pak Prabowo. Situasi sedang tidak pasti, maka yang bisa mengobati adalah pengalaman,” Ungkap Budiman, di Rumah Besar Relawan Prabowo-Gibran, Jakarta, Kamis, 4 Januari 2024.
“Kalau kemudian ketidakpastian tinggi dan yang menghadapi belum berpengalaman secara objektif enggak jelas, secara subjektif juga enggak jelas,” Lanjut Budiman.
Budiman mengaku bahwa dirinya mendukung Prabowo Subianto bukan hanya asal-asalan dukung, karena dilihat dari berbagai macam aspek, salah satunya adalah dari segi geopolitik.
“Satu-satunya aspek untuk mendukung pak Prabowo yaitu aspek geopolitik. Mengapa Indonesia harus memenangkan Pak Prabowo, kalau Pak Prabowo bicara bilang membela rakyat dan membela petani mungkin masih kalah dengan saya. Bukan hanya itu, kalau hanya menjual rakyat saya tidak akan terlalu terkesan. Semua juga bicara itu, dengan versinya masing-masing,” kata Budiman.
“Baru kali ini saya melihat dan ini tidak pernah saya pakai ketika saya mendukung Pak Jokowi dulu tapi ini saya pakai ketika saya mendukung pak Prabowo, ini karena kita memperhatikan situasi geopolitik, geostrategi, geo ekonomi. Karena itulah salah satu kenapa saya meninggalkan partai saya sebelumnya,” tutupnya.***