Said Didu Sebut Dulu Bisnis APD, Sanitizer, Masker, Sekarang Bisnis PCR Yang Untung Dekat Dengan Kekuasaan

23 Agustus 2021, 20:17 WIB
Said Didu Sebut Dulu Bisnis APD, Hand Sanitizer, Masker, Sekarang Bisnis PCR Yang Untung Dekat Dengan Kekuasaan /ANTARA/Anita Permata Dewi/pri

SUARA HALMAHERA - Pengamat ekonomi Said Didu sebut dari APD, Hand Sanitizer, Masker dan sekarang Vaksin menjadi bisnis fantastis.

Said Didu mengatakan bahwa pandemi melahirkan bisnis baru di bidang kesehatan yang menciptakan kekayaan.

Hal ini pun tak bisa dipungkiri menurut Said Didu, bahwa kondisi pandemi Covid-19 menciptakan pebisnis baru di Indonesia.

Terkait dari bisnis APD, Hand Sanitizer, Masker dan juga vaksin saat ini menjadi bisnis fantastis sebagai ia katakan berikut ini:

"Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi ini melahirkan pebisnis baru karena memang ini berbisnis yang berkaitan dengan nyawa, jadi bisnis karena terpaksa. Kita mulai awal-awal itu APD, itu mahal sekali dan banyak orang yang kaya raya saat itu, kemudian masuk ke hand sanitizer, kemudian masuk ke masker juga pernah mahal sekali, kemudian muncul vaksin," kata Said Didu sebagaimana dikutip dari Kabar Besuki, Senin 23 Agustus 2021.

Sebelumnya pengamatan ekonomi Said Didu ini tak pernah menyangka kalau nantinya PCR jadi bisnis dadakan.

Padahal bisnis seperti ini tak pernah ada sebelum dunia dilanda pandemi Covid-19.

Tak hanya itu ia juga katakan kalau nantinya bisnis baru ini bisa ciptakan monopoli tersendiri.

"Bisnis yang seperti ini adalah bisnis dadakan. Pelakunya tidak ada (sebelum pandemi) dan pengadanya pemerintah sehingga biasanya bisnis seperti ini yang mendapatkan adalah orang yang dekat dengan kekuasaan, sehingga tidak tertutup kemungkinan menjadi monopoli," ujarnya.

Sebagaimana artikel yang diterbitkan Kabar Besuki pada 17 Agustus 2021 lalu, dimana Said Didu pernah menyampaikan bisnis PCR memiliki nilai keuntungan hingga triliun.

Hal itu menurutnya karena ada kewajiban dari pemerintah bagi masyarakat yang melakukan aktivitas di tempat umum.

"Saya mencoba menghitung, kira-kira kalau setahun ada orang yang melakukan PCR 20 juta orang. Kalau ada orang melakukan PCR dengan terpaksa karena aturan, kita ambil rata-rata kalau PCR yang normal itu Rp900.000 di Jakarta. Tapi kalau kita minta selesai 24 jam, maka itu Rp1,5 juta. Kita anggap rata-rata Rp1,2 juta untuk seluruh Indonesia. Kalau itu 20 juta (orang) maka itu bisnis Rp20 triliun," kata Said dari melalui kanal YouTube Said Didu pada Senin, 16 Agustus 2021. 

Selain itu, Said Didu juga menyoroti harga PCR yang sebelumnya mahal karena belum adanya regulasi.

Namun ia menyebutkan bahwa tes PCR menimbulkan problem di masyarakat karena menjadi syarat beraktivitas umum diluar rumah.

Selain problem tersebut, tes PCR dianggap Said Didu akan memunculkan pihak-pihak yang meraup keuntungan.

"PCR itu kemarin menjadi masalah karena selama itu tidak diregulasi, tidak menggunakan aturan pemerintah untuk 'memaksa' rakyat untuk melakukan itu, itu tidak masalah karena terjadi persaingan bebas. Yang menjadi problem adalah munculnya aturan diwajibkannya rakyat untuk melakukan PCR, jangan sampai peraturan yang mewajibkan rakyat untuk mengikuti sesuatu itu dipakai pebisnis untuk mengunci dimana-mana sehingga mendapatkan keuntungan," katanya. 

Itulah bagaimana pengamat ekonomi Said Didu mengatakan pandemi Covid-19 melahirkan bisnis baru yang meraup keuntungan serta menciptakan kekayaan.***

Editor: Firmansyah Usman

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler