Ternyata Pembubaran FPI Dipolitisasi Untuk Kepentingan Politisi Pada Pemilu 2024

1 Januari 2021, 14:04 WIB
Islah Bahrawi: Pembubaran FPI Dipolitisasi Untuk Kepentingan Politisi Pada Pemilu 2024 /suara halmahera/screenshot instagram @islah_bahwawi

SUARA HALMAHERA - Islah Bahrawi, Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) yang dalam kesempatannya mengatakan, pasca pembubaran dan pelarangan FPI rupanya muncul sentimen ketertindasan yang digulirkan para politisi.

Menurutnya, narasi-narasi mereka kontra dengan pembubaran dan pelarangan FPI.

"Narasi-narasi itu akan terus digunakan untuk merawat kerak dan memagari militansi para pendukung FPI yang tak lagi bertuan, untuk kelak bisa dijadikan mesin politik pada Pemilu 2024," kata Islah di akun Instagramnya yang dilihat rri.co.id, Jumat (1 Januari 2020). Dikutip SUARA HALMAHERA dari m.rri.co.id

Pasca pembubaran dan pelarangan FPI, terlihat mereka saling kompetisi, saling gigit mengigit. Bisa dilihat narasi itu dibangun oleh sejumlah politisi.

"Fadli Zon dan PKS langsung memberikan kontra narasi terhadap pembubaran itu, dilain pihak, Munarman malah mendeklarasikan Front Persatuan Islam," jelas Islah.

Menurutnya lagi, inilah kondisi pergumulan politik yang sejatinya merupakan pertempuran memperebutkan sobekan-sobekan baju yang tidak berkancing.

"Ini politik. Mereka seolah satu tujuan, padahal mereka sedang berebut tulang belulang. Klaim massa FPI jutaan orang itu, membuat sebagian politisi seperti manusia kehausan yang tak bertemu air hitungan bulan," ungkapnya.

Tambahnya lagi, bahwa sejumlah politisi seperti Fadli dan PKS mencoba membuat lubang bocoran. Sedang Munarman lagi berusaha menambal bocoran tersebut.

"Fadli dan PKS mencoba membuat lubang bocoran, sedang Munarman lagi berusaha menambalnya untuk mengatur curah kekuatan massa agar tetap menjadi daya tawar yang kuat. Saat ini, kita sejatinya sedang menyaksikan pertempuran orang lain," tambahnya.

Islah pun tegaskan ke Pemerintah untuk tidak berhenti sampai di sini.

Menurutnya, bahwa pembubaran dan pelarangan FPI adalah kotak Pandora untuk menguak suatu kekuatan besar yang berada dibelakangnya.

"Ada kelindan sindikasi besar yang selama ini menggunakan FPI sebagai produsen kekuatan radikal, ia hanyalah wayang. Ada seorang ustadz yang sampai saat ini masih terposisi sebagai tersangka pengalir dana bagi kelompok radikal, dan kasusnya masih mengambang," terang Islah.

Bahwa kedamaian bangsa ini, menurutnya sangat sendahana, yakni kembalikan bangsa ini seperti dulu.

"Kunci kedamaian di dalam bangsa ini cukup sederhana, kembalikan bangsa ini seperti dulu: jangan biarkan politik identitas merajalela dan biarkan hukum menjangkau para pemecah belah bangsa. Sekali bertempur jangan pernah mundur, saatnya negara hadir, sebelum tenun kebangsaan ini hancur," tutupnya.***

 

Editor: Firmansyah Usman

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler