Arkeolog Sebut Halmahera Berperan Penting Dalam Transisi Sejarah Nusantara Dari Era Prasejarah Ke Modern

28 Oktober 2021, 14:35 WIB
gerabah di rumah adat Foal Jiko Sarabi di kampung Gurabunga Tidore /Sherly Asriany/

SUARA HALMAHERA - Para arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku melakukan penelitian arkeologi terhadap peninggalan berciri megalitik di Halmahera dan pulau pulau kecil di sekitarnya

Penelitian jaringan peninggalan megalitik ini dilakukan di Halmahera serta 2 pulau kecil di sekitar Halmahera antara lain pulau Tidore dan Moti.

Dari penelitian tersebut, Arkeolog Marlyn Salhuteru mengungkapkan bahwa Halmahera merupakan salah satu tempat yang memainkan peran penting dalam sejarah Nusantara, bahkan Asia Tenggara.

Baca Juga: VOC Belanda Yang Dulu Menjarah, Kini Kembali Ke Indonesia Timur Untuk Membangun 40 Ribu Hektare Kebun Pala

Berdasarkan kesimpulan semnetara, Halmahera adalah jembatan budaya mengalitik nusantara dan Asia Tenggara.

Hal tersebut dikuatkan dengan penemuan tempat pemujaan leluluh yang dinilai sebagai tradisi Megalitik.

Megalitik adalah sebuah fase sejarah, biasa disebut sebagai zaman batu besar.

Salah satu teori Von Heine Geldern menyebutkan, zaman ini ditandai dengan bergesernya bangsa Austronesia dari tempat asalnya menyebar hingga ke kepulauan Nusantara, Halmahera adalah salah satunya.

Penyebaranya ke Nusantara terbagi menjadi 2 fase, yakni pada zaman Neolitikum (2500-1500 Sebelum Masehi - SM) dan zaman Perunggu (100-100 SM)

Tradisi Megalitik yang disinyalir masih ada hingga saat ini adalah Jere (tempat keramat)

Semnetara itu penelitian peniggalan berciri Megalitik yang diteliti oleh para Arkeolog adalah:

Altar Batu, Lumpang Batu, Lesung Batu, Batu Asah, Batu Dakon, Batu Berhias, Batu Berlubang Dan Batu Bergores, dan Jere.

Penelitian dilakukan di 15 Kampung Tua atau Kampung Kuno, yang tersebar di Halmahera dan 2 pulau kecil lainnya, yakni Tidore dan Moti.

"Terdapat keragaman bentuk dan fungsi temuan berciri megalitik di Maluku Utara, semuanya dilandasi oleh konsep pemujaan leluhur," kata Arkeolog Marlyn Salhuteru dari Balai Arkeologi Maluku dilansir dari Antara.

Salah satu contoh peninggalan Megalitik adalah Altar Batu di Kampung Gurabunga, Tidore,

Altar Batu yang berukuran 55x50 centimeter, difungsikan masyarakat sebagai tempat ritual adat.

Marlyn menyangkan bahwa, jaringan Megalitik yang sudah terdata di Maluku Utara kuran penelitian, sehingga pemahaman terhadap tentan fase sejarah Megalitik masih terbatas.

"Jaringan Megalitik yang telah terdata terdapat di pulau Halmahera, Tidore dan pulau Moti. Kurangnya penelitian megalitik di wilayah Maluku Utara menyebabkan pemahaman kita tentang budaya megalitik di maluku utara masih sangat terbatas," demikian jelas Marlyn.***

Editor: Achmad Sayuti Majid

Tags

Terkini

Terpopuler