Babak Baru Perang Ukraina: Sekutu Putin Desak Militer Gunakan Senjata Tercanggih di Medan Perang

- 1 Desember 2022, 10:48 WIB
Howitzer self-propelled Rusia di Ukraina.
Howitzer self-propelled Rusia di Ukraina. /Sputnik/Konstantin Mikhalchevsky/File Photo

Suara Halmahera - Konflik di Ukraina yang berlangsung sejak pertengahan awal Tahun 2022 ini kemungkinan menjadi yang paling mematikan di Eropa sejak masa Perang Dunia Kedua.

Konflik yang ditandai dengan tindakan agresi militer Rusia terhadap tetangganya tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang di kedua pihak.

Imbas berlarutnya konflik tersebut tidak hanya dirasakan oleh Ukraina, namun hampir semua negara di dunia. Timbul kekhawatiran konflik tersebut akan menuju eksalasi yang lebih luas antara aliansi NATO pimpinan AS dan Rusia.

Baca Juga: Kemenko PMK Sebut Peningkatan Gizi Anak Sebagai Pondasi Menuju Indonesia Emas 2045

Untuk menghindari kemungkinan tersebut, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa angkatan bersenjata negaranya harus menggunakan sistem senjata canggih baru dalam konflik di Ukraina.

“Penting untuk melanjutkan modernisasi dan pembuatan sistem yang menjanjikan dengan penggunaan selanjutnya selama operasi militer khusus,” kata Shoigu dalam pertemuan para jenderal senior kementerian pertahanan pada Rabu (30/11/2022), sebagaimana yang dikutip dari media Reuters.

Salah satu sekutu terdekat Presiden Vladimir Putin di Kremlin ini memang tidak merinci senjata canggih mana yang harus digunakan untuj segera mengamankan posisi Negeri Beruang Merah dalam konflik ini.

Baca Juga: Masih Kurang Peminat, Motor Listrik Bakal Dapat Subsidi di Tahun 2023

Lebih lanjut, Shougo mengatakan ingin berdiskusi dengan para jenderal tentang cara baru untuk meningkatkan serangan artileri dan rudal.

“Cara baru untuk menggunakannya dalam pertempuran sedang diuji,” kata Shoigu, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Ia turut mendesak peningkatan radar canggih counter-battery dengan menggunakan sistem roket jarak jauh seperti Tornado-S dan sistem artileri "Malka" berkekuatan tinggi.

Keberadaan tersebut tidak hanya memastikan efektivitas penggunaan misil berhulu ledak tinggi ke sasaran serangan, akan tetapi turut melindungi negara Adidaya tersebut dari serangan balasan militer Ukraina.

Baca Juga: Jelang Pergantian Tahun, Kemendagri Dorong 12 Provinsi Prioritas Implementasikan Hasil Pendampingan Terpadu

“Ini memungkinkan untuk secara efektif menyerang sistem roket dan artileri asing,” kata Shoigu dalam pernyataan yang ditayangkan di media nasional Rusia.

Sejauh ini, Rusia maupun NATO masih saling menahan diri untuk berkonflik secara langsung. Pada pertengahan bulan November lalu, rudal yang diklaim milik Rusia diketahui jatuh di wilayah negara anggota NATO, Polandia.

Namun, hingga berita ini dituliskan (01/12/2022), hasil penyelidikan baik Rusia maupun Amerika Serikat sebagai pimpinan NATO mengklaim bahwa rudal tersebut bukanlah milik tentara Rusia.***

Editor: Mohamad Rizky Djaba

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x