Turki Lindungi Rahasia  Militer Rusia, Menolak Berikan ke AS dan Ukraina

- 26 Maret 2022, 16:10 WIB
Turki tolak permintaan AS terkait transfer teknologi Rudal S 400 milik Rusia
Turki tolak permintaan AS terkait transfer teknologi Rudal S 400 milik Rusia /

SUARA HALMAHERA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak permintaan Amerika Serikat (AS) untuk mengetahui rahasia militer Rusia

Sebelumnya antara Turki dengan Rusia sepakat mendatangkan rudal anti-pesawat S 400  buatan Moskow.

Rudal S 400 buatan Rusia tersebut kemudian menjadi sorotan AS, mereka berencana mencuri teknologi rudal tersebut.

Baca Juga: Rusia Hancurkan Artileri dan Drone Ukraina, Kini Zelenski Semakin Tersisih

Baca Juga: Setelah Erdogan Marah Besar Pada Barat, Menlu Turki Tolak Ajakan Barat Untuk Berikan Sanksi Pada Rusia

Sayangnya Erdogan melok permintaan tersebut dan memilih menjaga rahasia teknologi militer mitra mereka.

AS merundingkan transfer Rudal S-400 ke ukraina, dan Angkara akan diberikan konsesi pertahanan sebagai imbalan.

“Ini adalah kesepakatan yang dilakukan untuk kami. Mereka adalah properti kami yang melayani pertahanan kami, jadi ini sudah berakhir,” kata pemimpin Erdoga dilansir dari RT.com

Baca Juga: Ukraina Tembak Warga Sipil yang Hendak Tinggalkan Kota Chernigov, Lebih Dari 120.000 Orang Terjebak

Dilansir dari Pikiran Rakyat: Turki Bahas Soal Kiriman Sistem Pertahanan Rudal S-400 ke Ukraina, Hubungan Erdogan dengan Rusia Terungkap

Presiden Turki mengacu pada opini Wall Street Journal yang ditulis oleh Fahrettin Altun, kepala Departemen Komunikasi Administrasi Kepresidenan Turki, yang berpendapat bahwa gagasan untuk menyerahkan sistem pertahanan udara yang dibeli Ankara dari Rusia ke Ukraina adalah tidak realistis.

“Meskipun hari ini sangat tidak realistis. Ide ini bisa memberikan kesempatan untuk membahas masalah yang Turki alami akhir-akhir ini dengan Barat,” tulis Altun dalam menanggapi laporan Reuters.

Kabarnya, Washington telah secara informal mendiskusikan dengan Turki kemungkinan pengiriman S 400 Rusia ke Kiev.

Sebaliknya, Altun berpendapat bahwa Barat harus memasok Turki dengan jet tempur F-35 dan sistem rudal Patriot tanpa prasyarat untuk membantu memperbaiki hubungan.

Selain mengklarifikasi pendiriannya tentang ide S 400, Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa dia berencana untuk berbicara dengan rekannya dari Rusia, Vladimir Putin.

Erdogan akan bicara terkait hasil KTT NATO di Brussels yang baru selesai diadakan minggu ini.

Presiden Turki menjelaskan bahwa Ankara tidak akan bergabung dengan sekutunya di NATO dalam menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, terutama dalam hal kebutuhan energi.

"Tahukah Anda? Saya sudah menjelaskan ini sejak lama. Hari ini, jika kita menganggap hanya gas alam, kita mendapatkan sekitar setengah dari gas alam yang kita konsumsi dari Rusia," katanya.

Erdogan pun mengingatkan soal pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu yang dibangun bersama dengan Rusia.

“Kita tidak bisa mengesampingkan ini. Ketika saya mengatakan ini kepada (Presiden Prancis Emmanuel) Macron, dia menjawab, 'Anda benar.' Jadi tidak ada yang harus dilakukan. Kita harus peka dalam hal ini," kata Recep Tayyip Erdogan.

"Pertama, saya tidak bisa membiarkan orang-orang saya kedinginan di musim dingin. Kedua, saya tidak dapat memulai kembali industri kita sepenuhnya. Kita harus melindungi mereka. Kami adalah negara bagian, kami memiliki 85 juta orang. Kami harus memenuhi semua kewajiban," kata Erdogan.

“Kami juga mengevaluasi beberapa sanksi PBB, tetapi jangan lupa bahwa kami tidak dapat mengesampingkan hubungan kami dengan Rusia,” kata pemimpin Turki itu kepada wartawan di pesawat sekembalinya dari Brussel.

"Ada diskusi tentang melakukan transaksi dalam rubel, yaitu, dalam mata uang nasional mereka sendiri. Kami telah mengusulkan ini ke Rusia, kami telah mengatakan bahwa mungkin untuk melakukan transaksi menggunakan rubel dan lira Turki. Sekarang kami sepenuhnya terbukti benar," kata Hurriyet mengutip Erdogan pada hari Jumat.

Pekan lalu, juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan bahwa meskipun Turki memahami posisi sekutunya mengenai Rusia, Ankara percaya bahwa pihaknya harus mempertahankan jalur komunikasi terbuka dengan Moskow.

"Jika semua orang membakar jembatan komunikasi dengan Rusia, siapa yang akan berbicara dengan mereka?" kata Kalin mengatakan kepada surat kabar Turki Star.

Dia menambahkan bahwa Turki harus mencoba memahami masalah keamanan Moskow.

Pada tanggal 23 Maret, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia akan mentransfer pembayaran untuk pasokan gas ke negara-negara yang tidak bersahabat ke dalam rubel.

Hal itu menunjukkan bahwa tidak masuk akal untuk memasok barang-barang Rusia ke UE dan AS dan menerima pembayaran dalam mata uang mereka.*** (Rizki Laelani - PIkiran Rakyat)

Editor: Achmad Sayuti Majid

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah