SUARA HALMAHERA - Rusia sebagai salah satu negara kelas dunia yang memiliki perlengkapan militer.
Presiden Rusia, Vladimir Putin yang menyadari hal itu tak pernah berhenti melakukan penyerangan terhadap Ukraina.
Ukraina yang terus menerus di bombardir oleh Rusia kini telah merasa dilematis.
Presiden Volodymyr Zelensky yang menginginkan bantuan dari NATO untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.
"Ini adalah kompromi untuk semua orang: untuk Barat, yang tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kami sehubungan dengan NATO, untuk Ukraina.
"Yang menginginkan jaminan keamanan, dan untuk Rusia, yang tidak ingin ekspansi NATO lebih lanjut," kata Zelensky dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Ukraina dilansir dari IsuBogor.com, Rabu 23 Maret 2022.
Baca Juga: Kasus Tersangka Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti Menjadi Sorotan Publik Internasional
Tulisan ini disadur dari Isu Bogor pada Artikel Berjudul: Zelensky Ajak NATO dan Putin Kompromi untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina.
Menurut Zelensky, Ukraina sangat menyadari bahwa bangsanya tidak dapat diterima di NATO. Terlihat hingga saat ini NATO enggan berperang dengan Rusia.
"Kami sadar Anda tidak ingin berperang dengan Rusia. Oke, jaminan keamanan apa lagi yang mungkin?" kata Zelensky.
Baca Juga: Motif Ekonomi, Seorang Ibu Menganiaya 3 Anak Kandungnya: 1 Orang Meninggal di Tempat Kejadian
Zelensky bersikeras bahwa dia perlu berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memahami apakah Rusia berniat menghentikan perang.
Namun demikian Putin sejauh ini mengabaikan permintaan berulang kali Zelensky untuk pembicaraan langsung.
Pada hari Senin, Zelensky mengatakan lagi bahwa dia siap untuk bertemu dengan Putin "dalam format apa pun" tetapi juga tidak akan tunduk pada ultimatum dari Rusia untuk menyerah.
Presiden juga menyarankan bahwa setelah perjanjian gencatan senjata, Kiev akan siap untuk membahas status Krimea dan wilayah Donbas timur yang dipegang oleh separatis yang didukung Rusia.
Namun, Zelenskyy mengatakan dia berencana untuk menempatkan kesepakatan yang dicapai dengan Rusia ke dalam referendum nasional untuk persetujuan publik.*** (Iyud Walhadi/Isu Bogor).