Senjata-senjat itu dimaksudkan untuk melindungi pengiriman obat-obatan. Ebisawa berencana mendistribusikan heroin dan metamfetamin di Amerika Serikat.
"Narkoba itu ditujukan untuk jalan-jalan New York , dan pengiriman senjata dimaksudkan untuk faksi-faksi di negara-negara yang tidak stabil," kata Damian Williams, pengacara AS untuk distrik selatan New York.
“Anggota sindikat kejahatan internasional ini tidak bisa lagi membahayakan nyawa," katanya lagi.
DEA mulai menyelidiki Ebisawa pada 2019, menurut pengaduan.
Pada Juni 2019, seorang informan DEA bayaran yang menjalani hukuman karena ganja, bertemu dengan Ebisawa di Tokyo untuk membahas peluang bisnis.
Baca Juga: Kedua Anak Putin Jadi Target Amerika Serikat, Kremlin Dmitry Peskov: Kegilaan Barat Terhadap Moskow
Selama percakapan, yang diawasi oleh agen federal, Ebisawa mengatakan kepada informan tak dikenal itu bahwa “sebuah kelompok pemberontak di Myanmar,” yang diyakini penyelidik sebagai Tentara Negara Bagian Wa Bersatu, “berperang melawan pemerintah… dan sedang mencari senjata,” itu menjelaskan.
“Ebisawa juga memberi tahu (informan) bahwa kelompok pemberontak memproduksi dan dapat memasok (informan) dengan metamfetamin dan heroin sebanyak yang dibutuhkan (informan),” kata agen DEA, dikutip dari The Daily Beast.
Ebisawa dan ketiga komplotannya terancam menghadapi hukuman maksimum penjara seumur hidup.*** (Mitha Paradilla Rayadi/Pikiran Rakyat).