Kaum Santri dalam Pandangan Muhammad Al-Fayyadl, Dari Mushlih Menuju Mutqin!

- 11 Februari 2022, 10:26 WIB
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Fayyadl /Facebook /

SUARA HALMAHERA - Seorang santri haruslah bercita-cita menjadi orang yang "shalih" (gemar mengerjakan amal shalih, yang wajib dan sunnah).

"Mushlih" (memperbaiki perilaku diri dan orang lain, memperbaiki sistem dan budaya masyarakat, mendorong ke arah perbaikan dan penyempurnaan kehidupan).

"Mujahid" (berjuang untuk kepentingan agamanya, masyarakatnya, rakyatnya, bangsanya, kepentingan, keselamatan, dan kemaslahatan alam dan seisinya).

"Mutqin" (menekuni yang dikerjakan, mahir dalam bidang yang dipilih menjadi ladang pengabdiannya, baik keilmuan atau kemampuan lainnya), dan "hakim" (bernalar kritis dan sehat, selalu berpikir jernih menyikapi segala perubahan dan kejadian, memiliki pendirian teguh meski diterpa berbagai cobaan, dan selalu memiliki pertimbangan yang matang dalam melangkah dalam berjuang dan mengabdikan diri dalam medan perjuangan kehidupan).

Medan pembelajaran kaum santri mungkin berawal dari pesantren. Namun medan pengabdiannya meluas ke segala tepian daratan dan lautan, di dalam gedung dan di jalanan, melintasi negara dan bangsa, melintasi sekat-sekat yang ada.

Mereka belajar dan mengajar.
Mereka mengabdi dan mengabdikan diri.
Mereka tidak takut duka nestapa dalam menghadapi ancaman dan hambatan.
Mereka giat menebar kebaikan kepada sesama.

Mereka tak segan mengingatkan telinga-telinga yang tuli, mata-mata yang buta, dan kesadaran yang berpaling dari kebenaran.
Mereka tak segan turun ke sawah, ke kolong-kolong jembatan, ke pabrik-pabrik, ke jalanan, ke lorong-lorong kumuh, ke hotel-hotel berbintang, ke masjid-masjid megah, ke gedung-gedung perkantoran, ke pelosok-pelosok desa, untuk berdakwah dan menjalankan tugas mengingatkan siapa saja yang butuh diingatkan.

Santri yang turun akan siap untuk naik.
Santri yang naik akan siap untuk turun.
Tidak ada gengsi dan pamor yang harus dijaga di baju mereka.

Tidak ada atribut yang membuat mereka terpenjara. Tidak ada pengawal di samping kanan-kiri mereka. Tidak selamanya ada uang di saku mereka
Selain cukup iman, ilmu, amal shalih, dan restu guru sebagai perisai dan bekal dalam melanglang buana. ***

Editor: Supriadi Husaen

Sumber: Facebook


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah