Ini Pandangan Syekh Abdul Qadir al-Jilani Terkait Bencana Yang Kita Hadapi

26 Januari 2021, 20:16 WIB
Kondisi pasca banjir bandang yang menerjang Kota Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan: Karena masih banyak lumpur dan akan diperbaiki, akhirnya pemerintah umumkan tutup akses jalan Kota Palopo menuju Masamba untuk sementara. /Antara/

SUARA HALMAHERA - Di awal tahun 2021 ini, Masyarakat Indonesia menghadapi rentetan masalah bencana alam.

Hal ini seperti mata rantai yang berkaitan, mulai dari Sriwijaya yang jatuh, Banjir, Gempa, hingga Gunung meletus.

Adapun bencana yang terjadi awal tahun bulan Januari 2021 ini dianggap sebagai azab oleh sebagian orang, benarkah?

Ada juga yang mengaitkan masalah bencana tersebut dengan masalah pemerintahan, kekuasaan, korupsi, kekerasan, pelanggaran HAM dan masalah penyimpangan yang menjauhkan manusia dari apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberikan pandangan terkait dengan masalah bencana alam yang kita hadapi.

Menurut pandangan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, bencana tidak datang sebagai azab bagi orang mukmin. Namun sebaliknya sebagai bentuk cobaan.

Beliau berkata: واعلموا ان البلية لم تأت المؤمن لتهلكه وانما اتته لتختبره "Ketahuilah bahwa cobaan tidak datang kepada seorang mukmin untuk merusaknya, namun datang untuk menguji keimanananya.” (Sayyid Ja’far al-Barzanji, al-Lujaini ad-Dani fi Manaqibis Syaikh Abdil Qadir al-Jilani, t.t, Kediri, Maktabah Pondok Pesantren Tahfidh wal Qiraat Lirboyo, h. 136). Dikutip SUARA HALMAHERA dari Islam.nu.or.id, 26 Januari 2021.

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang juga pemilik julukan sulthânul auliyâ’ (pemimpin para wali) itu, bahwa mukmin diberi musibah oleh Allah, agar diuji sebatas mana tingkat keimanannya. Apakah ia semakin jauh dari Tuhan, apakah semakin dekat.

Musibah yang kemudian menimbah manusia di bumi merupakan cobaan bagi orang-orang mukmin. Apakah selama yang diperbuatnya dalam hidup, dengan adanya musibah bisa menjadi renungan baginya ataukah tidak.

Sayyidina Umar bin Khattab berkata : حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوها قبل أن توزنوا
"Introspeksilah diri kalian sebelum amal kalian diteliti, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang."

Juga terkait dengan diri manusia untuk selalu menjaga sikap dalam kehidupan sosial.

Hal itu kemudian ditegaskan dalam firman-Nya : وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (QS al-Hujurat: 12).

Terkait larangan dalam ayat tersebut, al-Imam al-Baghawi menjelaskan: التجسس هو البحث عن عيوب الناس، نهى الله تعالى عن البحث عن المستور من أمور الناس وتتبع عوارتهم حتى لا يظهر على ما ستره الله منها

"Tajassus adalah meneliti aib-aib manusia. Allah melarang meneliti urusan yang samar dari orang lain, dan melarang meneliti aib-aib mereka. Sehingga ia tidak memperlihatkan aib orang lain yang telah ditutupi oleh Allah ﷻ.” (Al-Imam al-Baghawi, Tafsir al Baghawi, juz 4, h. 262)

Untuk itu kita sebagai umat yang beriman, dengan adanya bencana yang datang selij berganti merupakan cobaan yang Allah SWT berikan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, bahwa cobaan datang kepada seorang mukmin tidak untuk merusaknya melainkan sebagai ujian untuknya, apakah ia semakin dekat pada Allah SWT atau semakin jauh.***

Editor: Firmansyah Usman

Sumber: islam.nu.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler