Adili Pelaku Pemerkosa di Lelilef

- 17 Oktober 2021, 12:25 WIB
Mabes Polri Ungkap Penyelidikan Pemerkosaan Tiga Anak di Luwu Timur Boleh Diproses Kembali Jika…
Mabes Polri Ungkap Penyelidikan Pemerkosaan Tiga Anak di Luwu Timur Boleh Diproses Kembali Jika… /Ilustrasi pemerkosaan//Pixabay/

SUARA HALMAHERA- Kejadian itu terjadi pada Oktober 2021, lelaki-lelaki pemerkosa beramai-ramai mengkomsumsi Alkohol, mereka kemudian menjadi binatang jahannam. Mereka memperkosa seorang perempuan, tepat di sebuah Desa lingkar tambang.

Kabar yang berkeliaran di media sosial menyebutkan bahwa satu diantara mereka adalah pekerja di Kawasan Industri PT.IWIP. Pelaku pemerkosa berjumlah kisaran 4 orang, mereka telah membuat hati kita tersayat-sayat melihat penyintas yang kini telah meninggal dunia.

Kita patut bertanya kenapa Kawasan Industri Baru tambang yang begitu besar masih saja ada orang yang melakukan pemerkosaan? Bukankah para elit politik-militer-pebisnis itu telah berhotbah, bahwa investasi akan membawa kesejahateraan dan kenyamanan bagi masyarakat?

Ternyata investasi sebesar itu bukan hanya merusak ekologi-alam, menindas dan menghisap pekerja, menyingkirkan petani-masyarakat adat, tetapi juga menindas perempuan seklaigus melahirkan manusia-manusia pemerkosa. Kenapa demikian?

 Baca Juga: Wow Panas di Beberapa Wilayah : Begini Penjelasan BMKG

Perlu dicatat kesadaran yang menganggap perempuan sebagai objek seksual tidak turun dari langit, tetapi dibentuk oleh proses historis, sistem budaya patriarki maupun sistem ekonomi politik kapitalisme. Sistem budaya patriarki adalah sebuah sistem yang menempatkan perempuan sebagai manusia nomor dua setelah laki-laki. Sedangkan sistem ekonomi politik kapitalisme terus memproduksi kesadaran seksisme dikalangan pekerja, lewat berbagai prostitusi maupun film-film pornografi.

Mari kita lihat beberapa riset yang terjadi pada wilayah lingkar tambang di Indonesia maupun di Afarika :

  1. “ Pilihan pembangunan yang berwatak patriarkal diwakili oleh industry tambang dan industry ekstraktif lainnya yang memiliki karakter eksploitatif terhadap sumber-sumber kehidupan, memarjinalisasi fungsi alam dan ekosistem bagi kehidupan, mengorbankan kepentingan kehidupan perempuan, meluluhlantahkan sumber-sumber kehidupan, menghancurkan kearifan tradisi dan budaya. Menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi dan system yang meminggirkan perempuan, dan kerap kali menggunakan kekuasaan yang berbasis pada kekerasan, dan berujung pada konflik sumber daya alam.” Khalisah Khalid, WALHI.
  2. Begitupun yang disampaikan oleh Meentje Simatauw sebagai kritik terhadap pertambangan di Indonesia. “ Pemerintah Indonesia telah 'dengan berani' menggadaikan nasib generasi mendatang, mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, penderitaan masyarakat adat, menurunnya kualitas hidup masyarakat setempat, meningkatnya kejahatan terhadap perempuan, dan rusaknya ekologi kepulauan.” Downtoearth.

Baca Juga: Bagian II : Kenapa Investasi Kawasan Industri Baru IWIP Gagal Sejahterakan Masyarakat?

  1. Bukan hanya di Indonesia wilayah-wilayah perusahaan pertambangan seperti di Afrika Selatan juga sama persis kejadiannya. Banyak perempuan harus menjadi korban pemerkosaan. Seperti survei yang dilakukan badan amal kesehatan MSF 800 perempuan berusia 18 hingga 49 tahun yang ada di Rustenburg rentan mengalami pemerkosaan.
  2. Kekerasan Seksual terhadap perempuan tidak hanya terjadi di luar perusahaan. Kerap terjadi kekerasan terhadap perempuan di dalam perusahaan seperti, tidak adanya cuti haid dan melahirkan. “ Ada buruh perempuan, usia kehamilannya sudah 7-8 bulan masih dipaksa untu terus bekerja” Wawancar dengan Buruh.

Pelaku pemerkosa harus dihukum seberat-beratnya, karena yang mereka lakukan adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun tidak cukup dengan berharap pada hukum formal. Perjuangan untuk membebaskan perempuan dari ketertindasan harus berkelid-kelindan dengan perjuangan melawan sistem budaya patriarki-seksism-kapitalisme. ***

Editor: Ali Akbar Muhammad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x