Network
SUARA HALMAHERA - Kurang lebih 1 juta kematian terjadi di India pada 2019 dibanding 2017.
Hasil laporan The Lancet yang dibagikan oleh pemerintah pada Selasa 22 Desember 2020, dengan 1,67 juta kematian atau 18% dari total kematian. Dikutip SUARA HALMAHERA dari m.rri.co.id.
India adalah kota yang masuk dalam daftar teratas polusi global, yang juga menghadapi pertumbuhan ekonomi serta korban manusia karena kualitas udara terburuk pada tahun sebelumnya dengan 1,24 juta atau 12,5% dari total kematian di 2017.
Sedang dari hasil analisis tersebut ditemukan bahwa polusi ini menyebabkan penyakit paru-paru obstruktif kronik, infeksi saluran pernapasan, kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, diabetes, gangguan neonatal, dan katarak.
Di ibu kota New Delhi yang dikurung dengan daratan dan langit musim dinginnya sering tertutup udara kotor, hal ini yang mengakibat wilayah tersebut merupakan paling tercemar di dunia serta mencatat ekonomi per kapita tertinggi.
Sehingga pada 2019 menyebabkan kerugian total sebesar $36,8 miliar, atau 1,36% dari produk domestik bruto (PDB) India, sedang negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar yang paling miskin dan padat itu mengalami kerugian ekonomi tertinggi dalam persentase PDB mereka.
Menurut The Lancet, tingkat kematian akibat polusi udara rumah tangga turun 64,2% dari tahun 1990 hingga 2019, itu dikarenakan polusi materi partikulat ambien lebi dari dua kali lipat.
Tambahnya lagi, “Peningkatan kualitas udara di seluruh India selama periode penguncian COVID-19, dan peningkatannya lagi dengan pelonggaran pembatasan, memberikan petunjuk menarik tentang sejauh mana pengurangan polusi udara yang dimungkinkan dengan berkurangnya aktivitas manusia."
Menyangkut hal ini, Pemerintah mengatakan bahwa India perlu berinvestasi lebih banyak dalam program pengendalian pencemaran.
