Hubungan Rusia Dengan AS Semakin Memanas, Rusia Labeli Joe Biden Dengan Label Lemah, Sakit, dan Tertipu

28 Maret 2022, 20:59 WIB
Joe Biden menyebut Vladimir Putin terancam lengser dari kekuasaan. Pejabat Gedung Putih segera beri klarifikasi. /Kolase foto Reuters/Maxim Zmeyev dan Jonathan Ernst/Pikiran Rakyat.com/

SUARA HALMAHERA – Rusia nampaknya sudah geram dengan kelakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Belum lama ini Rusia telah memperlihatkan kemarahanya kepada pemimpin AS tersebut menyusul pernyataan dari Joe Biden terdadap Vladimir Putin.

Pemerintah Rusia sangat tidak terima dengan pernyataan pemimpin AS yang menyebut bahwa Vladimir Putin tidak akan berkuasa lagi.

Joe Biden sendiri menyebut Vladimir Putin sebagai tukang jagal dan tidak bisa tetap berkuasa lagi.

Sebagai balasanya Rusia melabeli Presiden AS Joe Biden dengan sebutan lemah, sakit dan tertipu.

Artikel yang sama pernah terbit dengan judul: Hubungan dengan Joe Biden Memanas, Rusia Ungkit Dugaan Kejahatan AS di 4 Negara

Bahkan Rusia mengklaim bahwa Presiden AS yakni Joe Biden harus menjalani pemeriksaan medis karena tidak mampu menilai kenyataan

"Kami tidak tahu apa yang dimaksud Presiden Joe Biden, kami tahu apa yang dia katakan,” kata Juru bicara Vladimir Putin Dmitry Peskov seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Mail.

Tidak hanya itu, menurutnya Presiden Joe Biden adalah korban delusi.

Baca Juga: Anda Sedang Menghadapi Banyak Masalah, Amalkan Satu Kalimat ini Pasti Bisa Terselesaikan

"Dan apa yang dia katakan secara umum dalam pidatonya menunjukkan bahwa dia adalah korban dari banyak delusi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Parlemen Rusia Vyacheslav Volodin mencap Joe Biden sebagai orang lemah dan sakit.

Bahkan menurutnya, Joe Biden bersalah atas histeria dengan mencap Vladimir Putin sebagai tukang jagal atas pertumpahan darah di Ukraina.

Baca Juga: Bedakan Bisikan Hati, Bisikan Malaikat Dan Bisikan Setan, Ini Kata Ustadz Abdul Somad

“Warga AS harus malu dengan presiden mereka. Mungkin, dia sakit. Joe Biden akan menjalani pemeriksaan medis dengan benar,” ujarnya.

Anggota parlemen senior pro-Putin Leonid Slutsky mengatakan Joe Biden telah sepenuhnya melewati semua batas kesopanan.

Sebaliknya ia menuding AS membunuh warga sipil, orang tua, wanita dan anak-anak di Yugoslavia, Irak, Libya, dan Suriah.

“Apakah Anda memerlukan pengingat tentang siapa yang berada di balik semua kampanye itu? Amerika Serikat!. Atau, mungkin, Anda perlu diingatkan siapa yang mendorong Nazisme di Ukraina? Amerika Serikat!,” tuturnya.

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat: Jika Ingin didatangi Malaikat Pembawa Rezeki, Sediakan Benda Ini Dirumahmu

Kemarin, Joe Biden berbalik arah atas seruannya yang tidak tertulis untuk perubahan rezim ketika meninggalkan Gereja Tritunggal Mahakudus di lingkungan Georgetown di Washington DC pada hari Minggu.

“Tuan Presiden, apakah Anda ingin Vladimir Putin disingkirkan? Tuan Presiden apakah Anda menyerukan perubahan rezim?' tanya reporter.

Joe Biden kemudian mengatakan "idak!" sebelum masuk ke iring-iringan mobilnya.

Kurang dari 24 jam sebelumnya, Joe Biden mengatakan: "Demi Tuhan, orang ini tidak dapat tetap berkuasa!" dalam seruan yang mengejutkan untuk perubahan rezim di Moskow.

Baca Juga: Vladimir Putin Siap Perang Jika NATO Mengganggu Eksistensi Rusia: Kami Adalah Kekuatan Nuklir

Panggilan itu datang di akhir pidato berapi-api dari  Polandia pada hari Sabtu lalu.

Pernyataan itu lantas membuat Kremlin marah dan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memperingatkan terhadap eskalasi dalam kata-kata dan tindakan, beberapa jam setelah Joe Biden mencap Vladimir Putin.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken  dengan cepat menarik kembali komentar presidennya dan menjelaskan bahwa Joe Biden kemungkinan merujuk pada pengaruh Vladimir Putin di luar negaranya, termasuk invasi berdarah Moskow dan tak beralasan ke Ukraina yang kini telah berlangsung lebih dari sebulan.

"Saya pikir presiden, Gedung Putih, membuat poin tadi malam bahwa, cukup sederhana, Presiden Vladimir Putin tidak dapat diberdayakan untuk berperang atau terlibat dalam agresi terhadap Ukraina atau siapapun," kata Blinken.

“Seperti yang Anda ketahui dan seperti yang telah Anda dengar berulang kali, kami tidak memiliki strategi perubahan rezim di Rusia atau di manapun, dalam hal ini,” ujarnya menambahkan.*** (Filio Duan/PR Depok.com)

Editor: Laode Sarifin

Sumber: PR Depok.com

Tags

Terkini

Terpopuler