Indonesia Secara Tegas Menolak Hubungan Diplomatik Dengan Pemerintah Israel

26 Desember 2020, 22:25 WIB
Ilustrasi bendera Israel dan Indonesia. //PIXABAY/heathertruett/kopikeeran/

SUARA HALMAHERA - Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyampaikan bahwa Indonesia tidak berniat membuka hubungan diplomatik negara Yahudi.

Menurut Retno, penolakan tersebut adalah atas arahan Presiden Joko Widodo.

Demi terbukanya hubungan diplomatik Indonesia-Israel, Donald Trump menjanjikan investasi senilai Rp28 triliun bila Jokowi bersedia membuka hubungan tersebut.

Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan tawaran Donald Trump itu sangat menggiurkan bagi bagi negara berpenduduk Islam terbesar di luar timur tengah.

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa tawaran Donald Trump tersebut sangat menggiurkan bagi negara berpenduduk Islam terbesar di luar Timur Tengah itu.

“Tentu tawaran seperti itu sangat menggiurkan bagi Indonesia di tengah melemahnya perekonomian Indonesia akibat pandemi Covid-19,” tutur Hikmahanto dalam keterangannya, Jumat, 25 Desember 2020. Dikutip SUARA HALMAHERA dari Pikiran Rakyat.

Artikel ini juga diterbitkan oleh Pikiran Pakyat dengan judul : Indonesia Dirayu Jalin Hubungan dengan Israel, Ada Kejanggalan yang Ditawarkan Donald Trump

Namun, menurutnya Indonesia tidak mungkin menerima tawaran tersebut bila imbalannya adalah membuka hubungan diplomatik.

Ia pun mengatakan, bahwa perlu dicermati adanya kejanggalan Donald Trump atas tawarannya yang saat ini posisinya kalah dalam pemilu.

“Presiden Trump tidak seharusnya membuat kebijakan-kebijakan penting karena dalam waktu yang tidak terlalu lama akan diganti oleh Joe Biden,” katanya, seperti dilaporkan Antara.

Hikmahanto juga menilai, tawaran tersebut jelas terkait persaingan dominasi Amerika Serikat-China di kawasan Asia, maka untuk memenangkan persaingan kedua negara tersebut Amerika Serikat menggunakan instrumen investasi, utang dan bahkan vaksin.

“Hanya saja karena perekonomian di AS sangat terdampak karena pandemi Covid-19, dana yang dibutuhkan tidak mungkin berasal dari AS,” katanya menerangkan.

“Dana itu kemudian dinegosiasikan oleh AS dengan Israel. Seolah Israel menjadi bendahara AS. Israel sepertinya menyanggupi namun dengan persyaratan,” ucap Hikmahanto menambahkan.

Saat ini jumlah negara yang ada di Timur Tengah, dikabarkan sedang membuka hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko.***(Irwan Suherman - Pikiran Rakyat).

Editor: Firmansyah Usman

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler